KBR, Aceh-15 desa di desa pedalaman Kecamatan Cot Girek dan Lhoksukon, Aceh Utara terendam banjir akibat maraknya aksi penebangan hutan ilegal. Ketinggian air hingga mencapai 1 meter. (Baca: Hutan Rusak, Aceh Rawan Banjir)
Tokoh Masyarakat Cot Girek, Ismail mengatakan, banjir terjadi karena kiriman dari Kabupaten tetangganya, di Bener Meriah. Masyarakat di daerah itu khawatir bencana alam banjir susulan akan terus bertambah parah ditengah curah hujan yang melanda kawasan setempat.
”Lebih 2.000 jiwa penduduknya, ini memang sudah turun tapi kemungkinan naik lagi airnya. Hujan disana masih gerimis, mulai Desa yang terendam banjir Kilometer 11, Kilometer 9, Kilometer 10, Batu Lapan, Kumbang, Leumpok, Krueng baroe, Babah Gedubang, Alue Drien, Meuria, dan lainnya sekitarnya, ” jelas Ismail menjawab KBR ketika dihubungi, Sabtu (13/9).
Menurut Dia, banjir terjadi akibat maraknya aksi penebangan kayu di hutan oleh PT Mandum Payah Tamita, perusahaan asal Malaysia yang memperoleh izin dari Pemerintah Provinsi Aceh. Akibatnya, hutan keropos berdampak buruk terhadap keselamatan jiwa penduduk sekitar.
”Biasanya banjir terjadi tak begitu parah, dan itu kebiasanya pada bulan Desember. Tapi, akibat hutan yang nyaris gundul itu Cot Girek menjadi tenggelam semenjak pukul 22.00 Wib, Jum’at Malam.
Ismail berharap, Pemprov Aceh mengkaji ulang keberadaan operasional perusahaan malaysia tersebut. Selain banjir juga beresiko terhadap rusaknya habitat satwa liar, mulai gajah, dan harimau Sumatera. Kecamatan Cot Girek dan Lhoksukon berada di wilayah timur Kabupaten Aceh Utara. Dua kecamatan itu berjarak sekitar 60 Kilometer dari Kota Lhokseumawe.
(Editor: Nanda Hidayat)