Bagikan:

Akibat krisis solar, ribuan nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Kota Lhokseumawe, Aceh, tak melaut. Kapal boat nelayan pukat langga dan pancing terpaksa bersandar di dermaga setempat.

NUSANTARA

Jumat, 05 Sep 2014 16:08 WIB

Nelayan Lhokseumawe

KBR, Lhokseumawe – Akibat krisis solar, ribuan nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Pusong, Kota Lhokseumawe, Aceh, tak melaut. Kapal boat nelayan pukat langga dan pancing terpaksa bersandar di dermaga setempat.
 
Pengelola Stasiun Pompa Daerah Nelayan (SPDN) Pusong, Amar Jufri membenarkan, pasca-kebijakan pengurangan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM), nelayan di daerah itu menganggur. Rata-rata solar yang dipasok Pertamina hanya 115 kiloliter dari sebelumnya mencapai 144 kiloliter per bulan.

”Sekarang nampak langka, karena alokasi yang diberikan kepada Kami (SPDN, red.) tidak memadai. Berarti tidak cukup Kami memenuhi kebutuhan konsumen. Ini bukan berkurang, malah sangat berkurang sekali. Berarti kondisi ini nelayan harus membeli minyak di atas harga rata-rata ditingkat pengecer,” jelas Jufri kepada Portalkbr, Jumat (5/9).

Ia berharap, Pertamina bisa menambah kembali pasokan BBM agar nelayan bisa kembali melaut.

Beberapa nelayan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Jong Blang mengaku, sejak kelangkaan solar, mereka terpaksa mengantre di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU). Bahkan, tak jarang mereka terpaksa membeli di tingkat pengecer dengan harga mencapai Rp8 ribu, padahal harga normalnya Rp5.500 per liter.

”Kami terpaksa mengantre berjam-jam di SPBU, gara-gara pengurangan kuota solar di SPDN. Ini bencana bagi kaum nelayan Lhokseumawe, ” ucap Tgk Saleh (41).

Ia meminta, Pertamina menormalan pasokan solar untuk nelayan. Karena jika tidak, ini akan berdampak pada melambungnya harga ikan di pasaran.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending