Bagikan:

Siasat Produsen Tahu-Tempe di Tengah Mahalnya Kedelai

Produsen tahu-tempe di Jayapura, Papua, dan sekitarnya mengklaim telah kesulitan mendatangkan bahan baku kedelai. Sebab selama ini, pasokan kedelai didatangkan dari Surabaya.

NUSANTARA

Senin, 09 Sep 2013 17:16 WIB

Siasat Produsen Tahu-Tempe di Tengah Mahalnya Kedelai

Produsen Tahu-Tempe, Kedelai, Papua

KBR68H, Jayapura- Produsen tahu-tempe di Jayapura, Papua, dan sekitarnya mengklaim telah kesulitan mendatangkan bahan baku kedelai. Sebab selama ini, pasokan kedelai didatangkan dari Surabaya.

Harga per sak kedelai dengan ukuran 50 kilogram, saat ini telah melambung tinggi dengan harga kisaran Rp 500-550 ribu, dari harga sebelumnya sekitar Rp 420-430 ribu.

“Harga ini belum termasuk dengan harga kontainer, untuk mendatangkan kedelai,” jelas Maryono, salah satu produsen tahu-tempe di Jayapura yang telah menggeluti usahanya sejak tahun 2010 silam.

Namun, dengan sulitnya pasokan kedelai ke Jayapura, para produsen tahu-tempe ini telah sepakat untuk tidak menaikkan harga jual tahu-tempe di tengah kenaikan harga kedelai.  Salah satu siasatnya dengan memperkecil produksinya, misalnya saja ukuran tempe yang biasanya dibungkus dengan plastik berukuran 9 cm, saat ini dibungkus dengan plastic 8 cm. Begitu pula dengan ukuran tahu  yang diperkecil 1-2 cm
   
“Kalau kita mau naikkan harga tahu dan tempe, takutnya pelanggan kita lari. Ya kita hanya bisa mengurangi besar-kecilnya tahu dan tempe itu. Saat ini kami patok harga tahu  Rp 2500 sedangkan harga tempe berkisar Rp 1300-1500 per bungkusnya,” ujarnya.

Sejak harga kedelai melonjak, pihaknya belum memperoleh keuntungan. Sebab uang yang dihasilkan dari memproduksi hanya cukup untuk kembali membeli bahan baku kedelai dan membayar operasional produksi tempe serta menggaji karyawannya.

Sementara itu, produsen tahu-tempe di Sentani, Kabupaten Jayapura berencana menaikkan harga jual tahu-tempe karena pasokan bahan baku kedelai sulit didatangkan dari Surabaya. Harga jual itu akan dinaikkan sekitar Rp 500-1000 per potongnya. Misalnya harga tahu dari Rp 2500 akan menjadi Rp 3500 per potongnya, tanpa mengurangi besarannya.

“Kami berharap ada langkah pemerintah untuk mengantisipasi hal ini, sebab jika tidak ada peran pemerintah, maka sudah pasti kami akan gulung tikar,” jelas Sumarni. Padahal, kata da, setiap harinya pabrik tahu-tempe rumahan yang ia geluti menggunakan sekitar 3-4 kwintal kedelai untuk menghasilkan 1000-an tahu dan tempe. (Katharina Lita)

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending