KBR68H, Mataram - Pendataan pemilih untuk pemilu 2014 di lima desa di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, tidak berjalan lancar karena dinilai tidak aman pasca konflik.
Ketua Divisi Pengawasan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) NTB Bambang Karyono mengatakan, Panwaslu Bima bersama Petugas Pengawas Lapangan (PPL) setempat tidak berani masuk di sejumlah titik rawan konflik karena khawatir menjadi sasaran aksi kekerasan.
Lima desa itu adalah Bina, Cenggu, Ngali dan Renda. Desa-desa tersebut sering terlibat bentrok dan saling serang antarwarga. Dia mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat agar PPL mendapat pengawalan saat mereka bertugas.
“Mereka tidak berani masuk, karena pada saat masuk dan dilihat sebagai orang luar ada reaksi yang membahayakan bagi para petugas di titik itu. Kemarin kami sudah berkoordinasi dengan jajaran kepolisian untuk bisa memberikan pengawalan kepada kami,” kata Bambang.
Bambang Karyono menambahkan, jumlah wajib pilih di lima desa rawan konflik tersebut mencapai puluhan ribu orang. Bawaslu NTB ingin memastikan apakah mereka sudah terdaftar sebagai pemilih untuk pemilu 2014. Jika belum terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), mereka bisa melaporkan ke penyelenggara pemilu tingkat bawah di daerahnya masing-masing.
Editor: Antonius Eko