Bagikan:

Pencatatan Orang Asing di Perbatasan Papua-Papua Nugini Dilakukan Manual

KBR68H, Jayapura- Kantor Imigrasi Jayapura belum dapat menggunakan alat Border Control Managemen (BCM), alat otomatis untuk mencatat keluar-masuknya orang asing di wilayah perbatasan Papua-Papua Nugini.

NUSANTARA

Rabu, 11 Sep 2013 16:23 WIB

Pencatatan Orang Asing di Perbatasan Papua-Papua Nugini Dilakukan Manual

pencatatan orang asing, daerah perbatasan, papua

KBR68H, Jayapura- Kantor Imigrasi Jayapura belum dapat menggunakan alat Border Control Managemen (BCM), alat otomatis untuk mencatat keluar-masuknya orang asing di wilayah perbatasan Papua-Papua Nugini. Terkendalanya penggunaan alat ini dikarenakan ketersediaan pasokan listrik di wilayah itu, yang  hanya menyala setengah hari saja.

Kepala Imigrasi Jayapura, Soenaryono menuturkan akibat tak adanya aliran listrik, maka alat yang telah dibeli tiga tahun lalu, hingga saat ini belum dapat digunakan. Sementara  pendataan warga asing yang masuk lewat daerah itu, masih menggunakan sistem manual.

“Perharinya warga negara asing dari Papua Nugini, rata-rata tidak menggunakan passport. Mereka lebih banyak menggunakan kartu pelintas batas. Maksimal perharinya ada sekitar 200-an orang. Kebanyakan dari mereka adalah petani yang menggarap sawahnya di sekitar Muara Tami, Skouw, dan Wutung, yang terletak di daerah perbatasan Papua dan Papua Nugini,” jelasnya di Jayapura, Rabu (11/9).

Pihaknya mengklaim aktifitas di daerah perbatasan paling banyak didatangi pada hari-hari pasar, yakni hari Selasa, Kamis dan Sabtu. “Pada hari-hari pasar ini, banyak warga Papua Nugini yang datang ke Jayapura dengan menggunakan passport atau kartu pelintas batas. Kebanyakan dari mereka menggunakan hari-hari pasar untuk membeli sembako dan pada hari pasar tersebut, para pedagang dari Jayapura mendapatr keuntungan sekitar 80-85%,” paparnya.

Kepala Imigrasi Jayapura, Soenaryono menambahkan hingga saat ini kebanyakan pelintas batas atau warga asing dari Papua Nugini masih menggunakan jalur resmi untuk berkunjung ke wilayah Papua. “Kami berharap pelintas batas dan warga asing tetap menjaga hubungan baik antara kedua negara, misalnya saja tetap menggunakan jalur resmi sebagai pintu masuk dan keluar ke daerah tersebut, atau sebaliknya,” ujarnya.

Kapolres Keerom, Pasero menuturkan kebanyakan pelintas batas dari Papua Nugini banyak mengunjungi kerabat dan keluarganya didaerah Waris, Senggi dan Towe Hitam. “Kebanyakan warga Papua di tiga daerah tersebut kawin campur dengan warga Papua Nugini. Ada pula sebagian dari warga Papua Nugini yang memiliki lahan untuk bertani dan bercocok tanam didaerah tersebut, ataupun sebaliknya. Sejauh ini kehidupan mereka rukun dan tak ada masalah,” katanya, Rabu (11/9).

Informasi dari warga setempat, jalur tikus atau jaliur ilegal yang biasa digunakan para pelintas batas di daerah Kabupaten Keerom ada lebih dari 50 jalur. “Jalur itu biasa digunakan untuk penyelundupan ganja dan vanilli. Jalur illegal lainnya terdapat didaerah Mosso yang masuk dalam wilayah hukum Kota Jayapura,” ungkap Marthen. (Katharina Lita)

Sumber: Radio Swara Nusa Bangsa


Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending