Bagikan:

Di Pasar Beringharjo, Harga Kedelai Rp10.500 per Kg

KBR68H, Yogyakarta - Harga kedelai, baik kedelai impor maupun lokal terus naik. Bahkan di Pasar Beringharjo, Jogja, telah menembus Rp10.500 per kilogram.

NUSANTARA

Rabu, 11 Sep 2013 09:10 WIB

Di Pasar Beringharjo, Harga Kedelai Rp10.500 per Kg

kedelai, naik, pasar beringharjo, yogyakarta

KBR68H, Yogyakarta - Harga kedelai, baik kedelai impor maupun lokal terus naik. Bahkan di Pasar Beringharjo, Yogyakarta telah menembus Rp10.500 per kilogram.

“Harganya [kedelai] makin tinggi. Sekarang harganya sudah sampai Rp10.500 per kilogramnya. Sudah seminggu ini harganya bertahan tinggi,” ujar Rianti, salah satu karyawan di kios kacang-kacangan UD Wijaya Pasar Beringharjo, Selasa (10/9).

Rianti mengungkapkan, selama sepekan pembeli kedelai makin menyusut. Hingga puncaknya saat para perajin tahu tempe memutuskan untuk mogok produksi. Pembeli makin sepi dan kedelai pun semakin mahal. “Mereka juga bingung kalau jualan mau dikasih harga berapa,” jelas Rianti.

Hal senada juga disampaikan oleh Nurhayati, pedagang kacang-kacangan di Pasar Beringharjo. Tingginya harga kedelai membuat dagangannya hanya laku 10 kilogram sampai 15 kilogram sehari. Bahkan jumlah itupun kadang bisa lebih sedikit, mengingat harga kedelainya naik dari biasanya Rp8.000 per kilogram kini naik menjadi Rp10.500.

“Dulu waktu masih murah harganya sekitar Rp7.000 sampai Rp8.000, sehari bisa habis setengah kuintal. Tapi sekarang paling cuma 10 kilo sampai 15 kilo, itu saja tidak mesti,” papar Nurhayati.

Sementara itu, Rianti mengungkapkan harga komoditas impor lainnya juga mulai bergerak naik. Selain kacang kedelai, kacang hijau juga mulai terkerek harganya. Mayoritas merupakan barang impor, karena terbatasnya ketersediaan kacang hijau di tingkat petani. Di tingkat eceran harga kacang hijau bisa berkisar antara Rp14.500 hingga Rp16.000 per kilogramnya.

“Kacang hijau juga sudah mulai naik, karena juga sebagian besar impor. Sama seperti kedelai, kalau sekarang kacang hijau sedang tidak panen, makanya banyak impor dari luar negeri seperti Australia. Kebanyakan dari sana,” ujar Rianti.

Sumber: Radio Star Jogja

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending