KBR, Banyumas – Puluhan hektar tanaman padi di Kecamatan Wangon dan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah diserang wereng.
Salah satu petani Sanim mengatakan serangan wereng menyebabkan penurunan hasil panen hingga separuh keadaan normal.
Sanim menjelaskan sawah luasan 100 ubin normalnya menghasilkan sekitar satu ton gabah kering panen (GKP) dan jika sudah dijemur menghasilkan 750-800 kilogram gabah kering giling (GKG). Namun, akibat serangan wereng tersebut, sawah seluas itu hanya menghasilkan sekitar 0,5 ton gabah basah.
Tak hanya itu. Setelah dijemur, gabah kering yang didapat hanya sekitar 300 kilogram. Menurut Sanim, hal ini disebabkan banyaknya gabah yang tak terisi atau gabeng. Selain itu, gabah dan beras dari lahan yang diserang wereng juga berwarna kusam.
Sanim menuturkan, baru musim tanam kali ini sawahnya diserang wereng. Tahun-tahun sebelumnya, tanaman padinya selalu aman dari serangan wereng. Ia mengaku sudah melakukan penyemprotan dengan insektisida berkali-kali. Namun, wereng sulit diberantas.
"Banyak sekali yang kena wereng di sini. Kerugian hanya separuh panen. Hanya separuh hasilnya. Kena panenan ini, tahun ini. Kalau biasanya sih bagus. Tapi ini, disebabkan curah hujan tinggi setiap hari, lalu kena musibah itu, kena penyakit itu. Kerugiannnya karena ongkos tinggi, sedangkan panen menurun separuh hasilnya. Biaya pupuk juga tinggi," kata Sanim.
Dihubungi KBR, Kepala Dinas Pertanian Banyumas, Tjutjun Sunarti Rochid menjelaskan, curah hujan dan kelembapan yang tinggi menyebabkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti wereng mudah berkembangbiak.
Tjutjun mengatakan wereng biasanya menyerang tanaman berusia 60 hingga 80 hari, atau pada saat padi masuk fase generatif. Namun, di beberapa kasus, wereng juga menyerang padi berusia muda yang berada dalam masa vegetatif.
Tjtutjun menambahkan, untuk mengantisipasinya, petani dianjurkan untuk menanam varietas padi yang resisten (punya daya tahan) terhadap serangan OPT. Selain itu, teknik tanam jejer legowo juga dinilai bisa mengurangi resiko serangan wereng.
Editor: Agus Luqman