KBR,Trenggalek- 40 Desa di 13 kecamatan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mengalami krisis air akibat musim kemarau yang terjadi tiga bulan terakhir.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Joko Rusianto mengatakan, krisis air tersebut paling parah terjadi di Kecamatan Panggul, Dongko Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan Kecamatan Watulimo. Warga di wilayah kekeringan rata-rata harus mengantre di sumur bersama maupun mata air untuk mendapatkan air bersih.
Menurutnya, dari 14 kecamatan yang ada di Trenggalek, hanya satu kecamatan yang tidak mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Gandusari. Terkait kondisi tersebut, pihaknya mulai melakukan distribusi bantuan air bersih, kepada warga yang mengalami krisis air.
"Ada 40 desa yang kritis, tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Saat ini kami gunakan APBD untuk pemberian bantuan air bersih, tentunya nanti akan ditopang BPBD Provinsi maupun APBN dan perpipaan," katanya.
Joko menambahkan, saat ini baru sekitar 15 desa yang telah mendapatkan pasokan air bersih dari pemerintah, sedangkan sisanya akan dilakukan secara bertahap, yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan warga. Pihaknya mengaku mendahulukan, desa-desa yang kondisinya parah dan tidak ada alternatif sumber air lain.
BPBD Trenggalek optimistis, mampu memenuhi kebutuhan air bersih warga. Joko mengaku akan meminta bantuan ke BPBD Provinsi Jawa Timur dan BNPB apabila anggaran untuk pembelian air bersih di APBD Trenggalek telah habis.
Sementara itu, sesuai dengan ramalan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kering akibat El Nino ini diprediksi masih akan terjadi hingga bulan November mendatang.