Bagaimana rasanya bekerja dengan ancaman ranjau laut yang masih aktif?
Ranjau mengintai para petani budidaya rumput laut (algae) di sepanjang Pantai Amal, Kelurahan Pantai Amal, Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
Ranjau-ranjau laut ini adalah peninggalan perang dunia kedua yang masih aktif. Menurut Komandan Pangkalan Angkatan Laut Tarakan Aries Cahyono, kehadiran ranjau laut ini membahayakan proses budidaya rumput laut. Ia juga memastikan bakal melakukan operasi penyisiran, sekaligus pengarahan kepada para petani rumput laut. Upaya perlindungan dan antisipasi, menurut Aries, sudah disusun dan tinggal diterapkan.
Tapi belum semua petani rumput laut tahu akan bahaya yang mengintai mereka. “Saya belum pernah dengar ada ranjau di Pantai Amal,” kata Syamsul. “jangan-jangan hanya menakuti kami agar pindah.”
Pantai Amal yang berhadapan langsung dengan laut Sulawesi merupakan tempat favorit pendaratan tentara Jepang maupun Australia kala Perang Dunia kedua. Tidak mengherankan bila ranjau laut banyak ditebar oleh Belanda kemudian Jepang saat berhasil merebut Tarakan. Pulau Tarakan yang memiliki kandungan minyak kelas wahid ini pernah menjadi incaran tiga negara sekaligus: Belanda, Jepang, dan Australia.
“Kami hanya bisa membudidayakan rumput laut. Mudah-mudahan ranjau yang dikatakan itu tidak ada ataupun sudah tidak aktif lagi,” harapnya.