KBR, Surabaya - Penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak oleh Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur diperkirakan bakal meningkatkan kasus kekerasan seksual pada anak yang tinggal di sekitar sana.
Menurut Relawan Pendamping Anak, Mariani Zaenal, mayoritas anak yang didampinginya merupakan korban kekerasan seksual yang dilakukan orang terdekatnya. Peningkatan kasus kekerasan seksual itu terjadi lantaran anak-anak tersebut dijadikan pelampiasan karena tergusurnya tempat lokalisasi.
“Ya otomatis lingkungan. Perempuan sudah menawarkan dirinya, duduk di sofa dengan pakaian yang menantang, seksi. Sehingga mereka yang pubertas ya punya rasa keinginan untuk ke PSKnya, kalau dia gak punya uang ya otomatis sasarannya ke temannya,” kata Mariani.
Mariani menambahkan kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak antara lain berupa sodomi oleh orangtua maupun kerabat dan teman, pemerkosaan, serta pelcehan seksual lainnya. Selain itu, persoalan minuman keras dan obat-obatan terlarang juga dialami oleh sebagian anak yang didampinginya.
Sedikitnya 50 anak yang tinggal di sekitar bekas lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak, menjalani pendampingan dan bimbingan oleh Pemerintah Kota Surabaya akibat trauma kekerasan yang dialaminya.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengungkapkan, persoalan kekerasan dan perdagangan anak di kawasan sekitar lokalisasi prostitusi, menjadi alasan utama pemerintah kota menutup lokalisasi prostitusi.
Editor: Antonius Eko