KBR, Bondowoso – Petani tembakau di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur terpaksa mempercepat panen dikarenakan adanya perubahan cuaca dan angin kencang yang beresiko pada tanaman. Salah satu petani tembakau asal Desa Jambesari, Kecamatan Jambersari Darusolah, Sugianto mengatakan perubahan cuaca yaitu angin kencang membuat pertumbuhan tembakau menjadi tidak signifikan. Sebelum adanya perubahan cuaca ini, kata Sugianto, pertumbuhan tanaman tembakaunya relatif stabil.
“ Yang panen di desa kami hanya 40%. Kami panen ini sebenarnya karena ada sedikit perubahan cuaca dari sisi angin. Awalnya pertumbuhannya stabil, tapi angin kencang ini membuat banyak pertumbuhan tembakau menjadi tidak signifikan,” kata Sugianto saat ditemui KBR, Rabu (13/08/ 2014) hari ini.
Meski begitu, jika dibanding dengan tahun lalu, saat ini pertumbuhan tembakau cukup baik. Hal ini dilihat dari faktor cuaca yang pada saat musim tanam, hujan sudah mulai berkurang. Selain itu,
banyaknya petani yang beralih menanam tanaman lain, membuat tembakau milik petani yang ada saat ini dengan mudah diterima oleh pihak gudang.
Hal serupa dikatakan petani tembakau dari Desa Petung, Kecamatan Curahdami, Subaeri. Menurut Subairi, harga tembakau tahun ini lebih baik dari tahun 2013 lalu. Meski panen dimulai lebih awal, harga tembakau saat ini berada di kisaran Rp. 25 ribu per-kilo. Padahal tahun lalu harga tembakau hanya Rp. 18 ribu per-kilo.
“ Harganya lumayan mahal, tahun lalu Rp.18 ribu, sekarang Rp. 25 ribu. Kondisi tanaman sekarang lumayan bagus,” kata Subaeri.
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, tahun 2014 ini produksi tembakau di Bondowoso ditargetkan naik hingga 6.000 ton lebih. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding hasil produksi tembakau di tahun 2013 yang hanya mencapai 4.000 ton lebih.
Selain itu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso juga telah menandatangani kontrak dengan berbagai perusahaan rokok yang nantinya akan menampung produksi tembakau milik petani tahun ini.
Saat ini luas areal tanaman tembakau di Kabupaten Bondowoso mencapai 11 ribu hektare lebih yang tersebar di 22 kecamatan.
Editor: Luviana