KBR, Bondowoso – Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Paru dan Jantung Bondowoso, Jawa Timur, tanpa dokter spesialis dan minim anggaran operasional.
Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso, Muhammad Imron mengatakan hingga saat ini, Rumah Sakit Khusus Paru dan Jantung tersebut hanya bisa melakukan pelayanan sekelas Puskesmas.
“Kita memberikan pelayanan setiap hari, tapi memang tidak optimal. Penyebabnya ketiadaan dokter spesialis dan minimnya ketersediaan anggaran,” keluh Muhammad Imron.
“Kami sudah evaluasi dan kendala ini akan terus muncul, karena anggaran operasionalnya harus dari APBD penuh. Inilah yang membuat kami tidak akan bisa mengoptimalkan.”
Menurut Imron, selain masalah pelayanan yang kurang optimal, ada beberapa hal yang juga menjadi perhatian Dinkes Bondowoso terkait operasional RS Paru dan Jantung ini diantaranya belum adanya ruang Intensive Care Unit (ICU) untuk pasien.
Berdasarkan pantauan KBR di lapangan, kondisi rumah sakit yang dibangun sejak 2011 dan telah menelan dana sekitar 20 miliar, yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tersebut terlihat sepi.
Menurut keterangan beberapa petugas, setiap hari ada sekitar 8 petugas kesehatan yang bertugas di RS Paru dan Jantung tersebut. Aktivitas pelayanan dimulai sejak pagi hari. Namun saat KBR berkunjung ke RS Paru dan Jantung tersebut, tidak terlihat ada kegiatan pelayanan kesehatan. Bahkan, beberapa ruangan terlihat tidak terurus.
Editor: Antonius Eko