Salah satu pejual premium eceran di Banyuwangi Samsul Hadi mengakui, omzet menjual pertamax lebih kecil dibandingkan dengan menjual premium. Bila dalam sehari ia biasanya mampu menjual 40 liter premium, kini hanya mampu menjual 20 liter pertamax saja.
“Satu-satunya jalan ya harus begini, laku tidak (laku) terserah nanti. Dari pada saya menganggur, siapa yang memberi makan saya. (Saya jual) Rp12.500 belinya Rp11.500 dapat 1.000 per liter kalau habis 30 liter berarti kan 30 ribu,” kata Syamsul Hadi kepada Portalkbr, Kamis (28/8).
Ia berharap bisa kembali membeli premium dengan menggunakan jeriken karena Pertamina sudah menormalisasi kembali pasokan BBM ke SPBU.
Sementara itu, meski PT Pertamina sudah menormalisasi pasokan BBM ke SPBU, namun antrean warga untuk mendapatkan BBM bersubsidi masih terjadi di Kabupaten Banyuwangi.
Misalnya di SPBU Gajah Madah Banyuwangi. Pengelolah SPBU Gajah Madah Dedy Junaidi mengatakan, antrean kendaraan terjadi sejak pukul lima pagi.
Menurut Dedy untuk mengantisipasi kericuhan di SPBU, pihaknya telah meminta bantuan polisi untuk menertibkan antrean pembeli BBM. Sedangkan untuk pasokan dari Pertamina sendiri sudah kembali normal. Untuk pengiriman premium dari sebelumnya 8 kiloliter kini kembali ke 16 kiloliter. Sedangkan solar dari pengiriman yang sebelumnya dua hari sekali, sejak kemarin Rabu (27/8) sudah setiap hari.
Sejak hari Rabu (27/8) Pemerintah dan PT Pertamina, akhirnya melakukan normalisasi pasokan BBM bersubsidi kepada masyarakat. Hal itu dilakukan agar antrean masyarakat untuk mendapatkan BBM bersubsidi di SPBU tidak berkepanjangan.
Editor: Anto Sidharta