KBR68H, Rembang – Dampak bencana kekeringan tahun ini di kabupaten Rembang, sangat berbeda jauh, apabila dibandingkan tahun lalu.
Ada beberapa penyebab, salah satunya pengaruh kemarau basah, yakni masih turun hujan, meski sudah memasuki musim kering. Selain itu, jumlah embung semakin banyak, sehingga warga masih mempunyai cadangan air.
Petugas yang menangani bantuan air bersih di Bagian Kesra Pemkab Rembang, Subandi menjelaskan tahun lalu, ketika bulan Juli, permintaan bantuan air bersih sudah banyak berdatangan dari desa. Tetapi sekarang belum ada satupun desa yang mengajukan permohonan air bersih.
Padahal persiapan dana untuk bantuan air bersih tahun ini, lebih besar yakni mencapai Rp 230 juta, sedangkan tahun lalu hanya Rp 200 juta.
Subandi mengaku belum bisa memprediksi kapan distribusi air akan dimulai. Selain menunggu permintaan, pihaknya juga meminta bantuan media massa untuk memberikan informasi, jika ada wilayah yang sudah mengalami kesulitan air. Meski demikian, 6 unit armada truk tangki telah disiapkan, termasuk menggandeng perusahaan daerah air minum (PDAM).
Menurut Subandi, hasil pemetaan bencana kekeringan berdasarkan tahun lalu, dari 294 desa dan kelurahan se kabupaten Rembang, yang termasuk rawan sebanyak 113 desa.
Sementara itu, Kasturi, seorang warga desa Kaliombo Kec. Sulang mengaku sudah merasakan kesulitan air bersih, setelah tidak turun hujan selama sebulan terakhir. Bahkan ada yang sudah mengungsi ke desa Landoh Kec. Sulang, untuk memperoleh dua jirigen air. Ia sempat berupaya membuat sumur sendiri. Hanya saja kendalanya, setiap kali mengebor, pasti membentur batu padas, sehingga tidak keluar air.
Kasturi berharap kalau memang Pemkab menganggarkan dana yang cukup, desa Kaliombo bisa dibantu air lebih dulu. Apalagi kondisi ini baru permulaan, tentu pada bulan September nanti, dampak kekeringan akan lebih parah.
Sumber: Radio R2B Rembang
Editor: Suryawijayanti