Bagikan:

Pakar Suarakan Bahaya dan Pencegahan Antraks

"Bagaimana menangani hewan yang mati atau didiagnosis antraks? Hukumnya satu, tidak boleh dibuka. Jadi kalau ada kasus antraks disembelih, itu kesalahan fatal, "

NUSANTARA

Jumat, 07 Jul 2023 15:43 WIB

Author

Ken Fitriani

langkah pencegahan antraks dan bahayanya

Konferensi pers dengan pakar UGM terkait penyakit antraks di Fortakgama UGM, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). (Foto: KBR/Ken)

KBR, Yogyakarta- Penyakit antraks kembali merebak di wilayah DIY, tepatnya di Kabupaten Gunungkidul.

Pakar Kesehatan Hewan dari UGM, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan, penyembelihan bangkai hewan yang mati karena penyakit sangat berbahaya. 

Sebab, hal ini bisa memicu penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri, salah satunya yang mematikan yakni antraks.

"Bagaimana menangani hewan yang mati atau didiagnosis antraks? Hukumnya satu, tidak boleh dibuka. Jadi kalau ada kasus antraks disembelih, itu kesalahan fatal, "ucap Agnesia dalam konferensi pers di Fortakgama Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023).

Agnes menambahkan, hewan sakit yang disembelih berpotensi terpapar bakteri bacillus anthracis atau antraks yang berada di dalam darah. Menurutya, bakteri yang ada di darah tersebut tidak pernah membentuk spora.

"Kapan spora terbentuk? Ketika darah keluar dari si hewan kemudian berinteraksi dengan udara akan terbentuk spora yang menjadi momok. Karena yang menjadi masalah itu spora antraks," jelasnya.

Agnes menyebut, kasus antraks sudah masuk ke Indonesia sejak 1884. Kata dia, wilayah yang terserang antraks makin meluas di tanah air. Salah satu penyebabnya karena antraks ialah penyakit yang sukar dimusnahkan.

"Spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun," tegasnya.

Penyakit antraks pada hewan, lanjut Agnes, sebenarnya bisa ditangani dengan terapi pengobatan yang cepat dan tepat. Menurutnya, hewan yang terjangkit bisa tetap hidup dan sembuh dari penyakit antraks.

“Bisa diobati karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan,” tuturnya.

Antraks pada Manusia

Sementara itu, Epidemiolog dari UGM, Citra Indriani mengatakan penyakit antraks yang menyerang manusia bisa dibagi ke dalam empat jenis. Diantaranya; antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks pernafasan, dan antraks injeksi.

"Kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit. Sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia," ungkapnya.

Citra menjelaskan, antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar berkontak dengan kulit orang yang terluka.

"Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan,” terangnya.

Citra menyebut antraks pada manusia sesungguhnya bisa ditangani dengan deteksi dini dan pengobatan yang sesuai. Namun, ia menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan lebih penting untuk diperhatikan.

"Begitu ada antraks perlu ada pengendalian terus menerus baik dari segi lingkungan maupun hewannya, sehingga penyakit manusia bisa dicegah. Jika memiliki gejala pasca kontak dengan hewan sakit atau menyembelih, langsung datang ke fasilitas kesehatan karena dokter sudah disiapkan untuk bisa mendeteksi dini kasus antraks pada manusia,” imbuhnya.

Cegah Antraks

Dalam kesempatan yang sama, Pakar Peternakan UGM, Nanung Danar Dono mengatakan dalam penanganan kasus antraks diperlukan pemahaman, kesadaran, serta upaya bersama untuk mencegah timbulnya korban.

Menurutnya, kebiasaan memotong dan membagi-bagikan daging hewan yang mati karena sakit sangat berbahaya dan harus segera dihentikan.

"Cukup sudah jangan sampai ada kasus lagi karena sekarang hampir semua provinsi di Indonesia sudah kena. Sebagaimana saat COVID-19 mari bersama-sama kita lawan, masyarakat saling mengingatkan,"tutur Nanung.

Baca juga:

- Antraks Merebak di Gunungkidul, Instruksi Sultan, dan Pencegahan

- Antraks Makan Korban, Jateng Siapkan 25 ribu Vaksin

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menyebut tiga warga meninggal karena antraks di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Sebanyak 90 orang tercatat terinfeksi antraks akibat warga menyembelih dan mengonsumsi sapi yang telah mati.

Editor: Resky Novianto

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending