KBR, Mataram - Program konversi minyak tanah ke gas elpiji di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat sudah sejak lama direncanakan, namun hingga kini belum dimulai.
Komisi VII bidang Energi DPR mendorong agar Pertamina lebih cepat merealisasikan program konversi tersebut, mengingat di wilayah lain yaitu Pulau Lombok sudah diberlakukan konversi gas elpiji sejak tahun 2011 lalu.
Guna mempercepat konversi tersebut, Anggota Komisi VII DPR dari NTB Kurtubi bertemu General Manager PT Pertamina Wilayah V Surabaya, Pertamina Ampenan dan pemerintah daerah di kantor Dinas Pertambangan Energi dan Sumberdaya Mineral NTB, Jumat (22/7/2016).
Kurtubi meminta agar konversi minyak tanah ke gas elpiji di Pulau Sumbawa bisa terealisasi awal tahun 2018 mendatang.
Menurut Kurtubi, selama ini hambatan utama program konversi elpiji di Pulau Sumbawa adalah ketersediaan infrastruktur. Karena itu di APBN 2017 nanti, terdapat alokasi anggaran untuk membangun depo elpiji yang berlokasi di kompleks Depo Pertamina Bima.
Penyediaan infrastrktur konversi elpiji mulai dilaksanakan pada tahun 2017 nanti.
"Kita harapkan akhir 2017 sudah selesai infrastrukturnya sehingga bisa launching pembagian paket gratisnya pada awal 2018. Sekaligus ada jaminan pengisian selanjutnya. Untuk Pulau Sumbawa, deponya ada di Bima, kata Kurtubi.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB M Husni mengatakan dari perhitungan awal jumlah warga calon penerima paket konversi gas elpiji di Pulau Sumbawa sekitar 250 ribu orang.
Namun data itu bisa berubah sewaktu-waktu, karena pendataan oleh konsultan masih berlangsung. Sasaran program ini adalah warga miskin yang belum pernah menggunakan elpiji.
Editor: Agus Luqman