KBR, Banyuwangi - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Banyuwangi, Jawa Timur, mencatat sekitar 1500 hektar tanaman kedelai di dua kecamatan di sana, gagal panen. Dua kecamatan itu yakni Tegaldelimo dan Purwoharjo.
Ketua HKTI Banyuwangi, Muhammad Safuan mengatakan, gagal panen ini dikarenakan tingginya curah hujan sehingga menyebabkan kedelai membusuk. Petani, kata dia, salah memprediksi rencana tanam, lantaran berpatokan pada musim tanam sebelumnya.
Safuan menambahkan, semestinya satu hektar tanaman kedelai bisa menghasilkan rata-rata satu ton kedelai. Tapi kini, hanya separuhnya saja. Selain itu, akibat buruknya kualitas kedelai, harganya pun ikut anjlok. Dimana yang biasanya Rp7000 perkilogram, sekarang hanya Rp4000 perkilogram. Malah, petani kesulitan menjual karena kondisi kedelai yang buruk.
“Sebenarnya tanamanya bagus, cuma waktu panen ini bareng musim hujan ini akhirnya ini banyak yang rusak di masa panen itu. Kualitasnya menjadi buruk akhirnya menjadi hitam-hitam itu. Kalau di wilayah Selatan itu luas ini, kalau 1500 hektar ada itu. Di Kecamatan Tegaldelimo, Purwoharjo itu yang paling banyak,” kata Muhammad Safuan (25/7/2016).
Muhammad Safuan menambahkan, akibat gagal panen ini, petani harus menanggung kerugian yang cukup besar. Jjika dihitung, hasilnya tak cukup untuk mengembalikan biaya tanam dan perawatan kedelai.
Akibat gagal panen pula, stok kedelai Banyuwangi kemungkinan akan berkurang. Mengingat dua kecamatan ini sebagai sentra penghasil kedelai terbesar di Kabupaten Banyuwangi.
Editor: Quinawaty