KBR, Bondowoso - Rencana Kontijensi (Renkon) yang menjadi
pedoman dalam penanganan erupsi Gunung Raung di Kabupaten Bondowoso,
Jawa Timur, belum rampung. Padahal Renkon ini berfungsi sebagai
panduan menangani bencana yang ditimbulkan akibat erupsi Gunung Raung.
Hal ini diungkapkan Komandan Satgas Penanganan Bencana Letusan Gunung
Api Raung, Letkol Arh Sudrajat saat ditemui KBR, Kamis (30/7/2015).
Dikatakan Sudrajat, molornya pengerjaan rencana kontijensi ini karena camat di lokasi terdampak belum rampung menyetorkan data yang diperlukan
kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso. Data yang
harus disetorkan di antaranya jumlah penduduk, jumlah usia rentan, hewan
ternak, ketersediaan angkutan, jumlah lahan pertanian yang beresiko
hingga lokasi titik kumpul aman.
"Data dari kecamatan masih terus kita perbaharui. Saya minta jangan mengarang data. Sampai hari ini masih kita kumpulkan datanya. Saya beri batas waktu sampai tanggal 31 harus selesai," kata Dansatgas Letkol Arh Sudrajat.
Komandan Satgas, Sudrajat menambahkan, data dari masing masing kecamatan yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) nantinya akan digunakan untuk memperbaharui rencana kontijensi yang sebelumnya sudah ada.
"Renkon yang lama harus direvisi setiap enam bulan. Kenapa? karena datanya kependudukan bisa saja berubah. Tidak bisa kita pakai data lama karena ini berkaitan dengan alokasi bantuan nantinya. Jadi akan lebih mudah penanganannya," imbuhnya.
Sementara itu, sebulan sudah status Gunung Raung yang
berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso, Jember dan Banyuwangi
berstatus Siaga (Level III). Meski begitu aktivitas gunung setinggi
3.332 mdpl ini terpantau cenderung menurun.
Data terakhir dari Pos
Pengamatan Gunung Api Raung di Songgon, Banyuwangi menyebutkan tremor
masih terjadi dengan amplitudo 32 milimeter dominan 27 milimeter.
Sementara hembusan asap terpantau setinggi 400 600 meter dari puncak
kaldera.
Editor: Quinawaty Pasaribu