KBR, Cilacap – Pasca dua pekan lebaran, harga sejumlah komoditas seperti daging ayam dan sayuran di sejumlah pasar tradisional di Cilacap, Jawa Tengah belum normal. Bahkan, khusus sayuran, diprediksi bakal semakin tinggi menyusul langkanya suplai ke pedagang pasar.
Pedagang Daging Ayam di Pasar Cinangsi, Bumijo mengatakan sebelum ramadhan harga daging ayam normalnya adalah Rp24 ribu per kilogram. Memasuki puasa hingga menjelang lebaran, harga naik mencapai Rp27 ribu hingga Rp 32 ribu per kilogram. Pasca lebaran, harga daging ayam justru naik mencapai titik tertinggi hingga mencapai Rp41 ribu per kilogram. Harga ini bertahan hingga 10 harian setelah lebaran. Saat ini, harga masih bertahan di kisaran harga Rp 37 ribu per kilogram.
"(Harga daging ayam) Banyak kenaikan. Dari kan Rp 27 ribu, sampai seminggu setelah lebaran mencapai Rp 41 ribu per kilogram. Sekarang posisi mulai turun. Harga untuk bakulan Rp 36 ribu untuk eceran Rp 37 ribu per kilogram. Ya ini paling tidak satu minggu turun, nanti setelah itu naik lagi. Sampai (akhir) bulan Agustus," kata Bumijo (29/7/2015).
Pedagang daging, Bumijo memperkirakan harga daging ayam masih akan tinggi. Mengingat, di bulan Syawal ini banyak masyarakat yang menggelar hajatan, baik pesta perkawinan maupun khitan. Hal ini, kata Bumijo, tidak diimbangi dengan suplai ayam hidup dari peternak yang cenderung turun setelah lebaran.
Sementara, pedagang sayur di pasar yang sama, Rodiyah mengatakan harga sayuran justru naik pasca lebaran. Hal ini dipengaruhi minimnya pasokan dari petani di daerah sentra sayuran. Ia menduga kekeringan menjadi penyebab sedikitnya sayuran yang dikirim ke pasar.
"Ya cabe lah, dulunya Rp30 ribu atau Rp25 ribu per
kilogram, sekarang yang cabe putih Rp40 ribu sedangkan yang cabe merah Rp50
ribu. Kalau sayuran yang naik terong. Dulu Rp4000 sekarang Rp5000. Kangkung
sekarang mahal, jadi Rp3000 per ikatnya. Kalau mentimun sekarang mahal Rp
6000. Dulu kan cuma Rp3000 sampai Rp4000 per kilogram," kata Rodiyah (29/7/2015).
Rodiyah menambahkan harga sayuran diperkirakan akan terus naik seiring musim kemarau. Apalagi, sejumlah daerah penghasil sayur merupakan daerah minim air sehingga petani tak bisa lagi membudidayakan sayuran.
Editor : Eli Kamilah