KBR, Mataram- Selama musim kemarau tahun ini, sebanyak 1.215 hektar lebih tanaman
padi di NTB telah mengalami kekeringan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 246
hektar padi mengalami kekeringan berat dan terancam gagal panen. Sementara sisanya
sebanyak 780 hektar mengalami kekeringan ringan dan sebanyak 188 hektar
mengalami kekeringan sedang.
Hal itu
dikatakan Kepala Dinas Pertanian NTB, Husnul Fauzi Rabu (22/07) siang. Ia mengatakan, pihaknya telah meminta
kepada pemerintah Kabupaten Kota untuk melakukan pendataan yang menyeluruh dan
intensif terhadap tanaman padi yang mengalami kekeringan berat tersebut.
Dari data itu, akan dipetakan mana tanaman padi yang murni mengalami kekeringan atau melanggar pola tanam. Sehingga pemerintah bisa mengganti tanaman mereka melalui Cadangan Benih Nasional (CBN).
“Total 1.215, 80 hektar yang mengalami kekeringan kemudian yang ringan 780,80 hektar kemudian yang sedang 188 hektar dan yang berat 246 hektar, itu hanya di padi sementara palawija yakni jagung, kedelai, kacang hijau itu nihil. Yang berat itu ada di Moyo Utara 10 hektar, Bima di Pali Belo 155 hektar dan Woha 31 hektar. Potensi gagal panennya cukup tinggi,” kata Husnul Fauzi.
Meski
demikian, ia mengaku kondisi kekeringan ini tidak akan berpengaruh terhadap
target produksi padi tahun ini sebesar 2 juta ton lebih. Hal itu lantaran
banyak masyarakat yang telah melakukan panen pada tanam kedua ini.
Selain
itu, tanaman padi yang mengalami kekeringan tahun ini lebih rendah jika
dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3000 hektar lebih. Oleh sebab itu, untuk
mempertahankan dan meningkatkan produktifitas padi, pihaknya akan melakukan perbaikan
saluran irigasi, meningkatkan potensi lahan dan membenahi embung-embung
potensial untuk pengairan.
Editor: Dimas Rizky