KBR,Bondowoso– Aktivitas Gunung Raung yang sudah terjadi sejak sebulan terakhir mulai berdampak pada sektor ekonomi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Kali ini Perum Perhutani KPH Bondowoso mengaku rugi akibat sadapan getah pinus tercampur dengan material abu vulkanik.
Wakil Administrator Perum Perhutani KPH Bondowoso, Akhmad Faisal mengatakan, ada sekitar 500 hektare lahan pinus di Kecamatan Sumber Wringin dan Sukosari yang hasil sadapan getahnya tercampur dengan abu. Hal ini diakui Faisal mempengaruhi kualitas getah pinus milih Perhutani.
“ Jadi abu dari Gunung Raung dari sisi kuantitas tidak berdampak. Tapi dari sisi kualitas memang berdampak karena tidak semua tempurung tempat getah ditutupi,” kata Akmad Faisal kepada KBR, Selasa (28/7/2015).
Faisal menambahkan, menurut aturan yang ditetapkan, batas toleransi kadar air dan kotoran untuk sadapan getah pinus kualitas Super Premium seharusnya dibawah 5%. Sementara Premium 5 % – 10%, Mutu I 11 % - 14% dan Mutu II 15 % – 18%.
Meski begitu, Perum Perhutani KPH Bondowoso akan tetap membeli getah hasil sadapan pinus dari para buruh sadap. Kata Faisal, hal tersebut sesuai instruksi Perum Perhutani pusat yang memerintahkan Perhutani di KPH Bondowoso tidak menolak hasil sadapan para buruh.
“Karena ini bukan faktor kesengajaan melainkan bencana alam, jadi kami diinstruksikan untuk tidak menolak meski getah hasil sadapan yang disetor bercampur abu. Nantinya kami akan lakukan proses filter lagi di pabrik Garahan Jember,” imbuhnya.
Hingga saat ini Perhutani masih menghitung jumlah kerugian yang diakibatkan oleh abu vulkanik Gunung Raung. Berdasarkan data Perhutani, kawasan yang terpapar abu vulkanik merupakan salah satu kawasan sentra penghasil getah pinus terbanyak di Bondowoso.Editor: Malika