KBR, Banyuwangi- Masyarakat suku Using Banyuwangi Jawa Timur, menggelar
ritual Seblang Olehsari pada hari ke 7 Hari Raya Idul Fitri. Ritual
Seblang ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur atas
keselamatan desa kepada leluhur.
Prosesi ritual adat ini digelar di Desa Olehsari Kecamatan Glagah
Jum’at (24/7/2015). Ritual adat Seblang ini digelar selama 7 hari
berturut turut, yang setiap harinya akan dimulai pukul: 14.00 WIB dan
berakhir menjelang Maghrib.
Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi Muhammad Yanuar
Bramuda mengatakan, ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu
berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke
panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi
janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu
para pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke
dalam tubuh sang penari.
Pada tahun ini, penari Seblang jatuh kepada gadis muda, Fidyah Yuliaty.
Fidyah yang memiliki garis keturunan Seblang ini adalah pelajar kelas 3
SDN 1 Glagah. Penari Seblang, kata Barmuda bukanlah penari biasa, yang
bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang memiliki “darah”
Seblang dari penari-penari sebelumnya.
“Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang
Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan
oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijjah
setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause,”
kata Bramuda.
Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari
leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang
diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat setempat
sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke
ritual seblang.
Untuk membuktikan roh sudah masuk dalam tubuh penari, pawang cukup
menggoyangkan tubuh penari ke kanan dan kekiri, apabila nyiru (baskom)
kosong yang sejak tadi di pegang penari jatuh dan badan penarinya
terjungkal ke belakang menandakan bahwa penari sudah kerasukan.
Selanjutnya, pertunjukan diteruskan dengan lantunan gending-gending
Using lainnya seperti gending Liliro Kantun, Cengkir Gadhing, Padha
Nonton Pupuse, Padha Nonton Pundak Sempal, Kembang Menur, Kembang
Gadung, Kembang Pepe, dan Kembang Dermo. Pada saat gending Kembang Dermo
ini dibawakan, penari Seblang membawa tampah yang berisi bunga yang
bernama Bunga Dermo.
Pada hari ke-7 nanti atau hari terakhir, Seblang akan diarak keliling
desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama
pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru
tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya desa
Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa.
Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.
Meski digelar setiap tahun, daya pikat ritual Seblang Olehsari ini cukup
tinggi. Ribuan masyarakat tampak hadir menyaksikan salah satu tradisi
adat suku Using ini. Meski sinar matahari terik, masyarakat dan
wisatawan berbaur asyik menikmati tarian magis ini.
“Setiap Seblang Olehsari digelar, saya pasti datang melihat. Karena
terkesan dengan unsur magis tariannya tersebut. Beda dengan tarian pada
umumnya, meski gerakan seblang ini sederhana namun bagi saya menari
dalam kondisi tak sadar itu sangat menakjubkan,” ujar Yahya Muzakki
salah satu penonton.
Editor: Malika