KBR, Jayapura - Kepolisian Papua menyebut penyelundupan senjata api dari Filipina diduga untuk kelompok kriminal bersenjata yang ada di Paniai, yang saat ini dipimpin oleh Leo Yogi.
Dalam penyelidikannya, senjata tersebut dibeli melalui jalur laut lewat Tobelo, Maluku Utara dan tembus ke wilayah Filipina bagian selatan. Senjata tersebut dibeli dengan modal Rp 120 juta. Dananya diduga diperoleh dari hasil pemalakan perusahaan tambang di daerah itu.
Kapolda Papua, Tito Karnavian menuturkan senjata tersebut dipasok oleh tiga orang yakni Simon Kararbo, warga Supiori dan dua rekannya yakni Manase Wesara dan Roger Koloba warga Tobelo.
“Kita telah memotong suplai senjata api dan amunisi ke kelompok bersenjata yang ada di Papua khusus di Paniai sekaligus juga beberapa pengungkapan yang telah kita lakukan selama ini. Dalam dua bulan terakhir ini, ribuan butir peluru ini jelas juga dari PNG,” papar Tito.
“Dari temuan-temuan ini, pengungkapan 4 kasus terakhir ini, saya kira kita sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa sumber senjata kelompok bersenjata yang ada di Papua suplai dari luar Papua, baik dari PNG, Filipina maupun daerah konflik,” tambahnya.
Sebelumnya pada 30 Juni, tiga orang ditangkap di Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Sorong. Ketiganya telah diikuti oleh tim khusus Polda Papua dari Ternate, Maluku Utara. Ketiganya membawa tiga pucuk senjata jenis SS1, junggel dan FN 45, serta 120-an butir amunisi dari berbagai jenis.
Ketiganya rencananya akan membawa senjata ini ke Nabire dan diteruskan ke kelompok bersenjata di Paniai. Polisi menjerat ketiganya dengan Pasal 1 ayat 1 UU Darurat no 12 tahun 1951 dengan ancaman hukuman mati.
Pasokan senjata api dari Filipina dan Papua Nugini telah digagalkan tiga kali oleh kepolisian setempat, yakni pada 6 Mei dengan tersangka YM yang membeli senjata dari Filipina. Serta pada 25 Juni dengan tiga tersangka lainnya yang memasok senjata dari Papua Nugini.
Editor: Antonius Eko