Di Palembang, tanda-tanda alam musim kemarau mulai memperlihatkan diri. Sungai Musi dan puluhan anak sungai mulai kering, air cokelat dan kehitaman sementara warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Tahun ini ada peringatan Badai El Nino, dan kekeringan bakal mendatangkan krisis air, penyakit dan kebakaran.
“Bagaimana kami mandi? Terpaksa beli air bersih,” kata Kamil, warga di tepi Sungai Sekanak awal Juli lalu sembari memperlihatkan air yang hitam dan berbau.
Ia, juga warga lainnya, tak mampu berlangganan air bersih dari PDAM Tirta Musi Palembang. Maklum, biaya pemasangannya sampai Rp 1,2 juta per bulan.
Saat ini dari 1,7 juta penduduk Palembang, sekitar 1,1 juta di antaranya terlayani PDAM. Sisanya adalah mereka yang menetap di tepi sungai atau anak-anak Sungai Musi. Dan sungai-sungai inilah yang mulai mongering.
Kepala Divisi Kota dan Industri Walhi Sumsel Norman Cegame mengatakan ada banyak hal yang menyebabkan kekeringan air sungai di Palembang. “Di musim kemarau suhu rata-rata 35 derajat Celcius, pasokan air rawa mulai habis sementara air dari wilayah hulu Sungai Musi berkurang,” jelasnya. Ia menambahkan kalau begitu El Nino mencapai puncaknya, Palembang akan mengalami krisis air.
Sementara itu, Pemerintah setempat belum terlihat mengantisipasi situasi ini. Padahal ada ancaman lain yang mengintai yaitu masalah kesehatan dan kebakaran. Walikota Palembang dan istrinya ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap kepada bekas Ketua MK, sementara sejumlah pejabat tengah diproses sebagai saksi.
Tulisan ini hasil kerjasama Mongabay dan Green Radio.