Balikpapan Desak Pemerintah Bangun Panti Rehabilitasi

KBR, Balikpapan - Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mendesak pemerintah setempat membangun Panti Rehabilitasi bagi mereka yang mengalami ketergantungan narkoba.

Ketua BNN Kota Balikpapan I Ketut Rasna mengatakan, pembangunan panti rehabilitas narkoba  sudah sangat mendesak untuk menekan jumlah kertergantungan narkoba yang kini mencapai hampir 4 ribu jiwa dari jumlah pengguna narkoba yang mencapai 18 ribu hingga 20 ribu jiwa.

Menurutnya, keberadaan Panti Rehabilitasi bukan hanya untuk menyembuhkan dari ketergantungan narkoba tapi juga sekaligus memutus rantai antara pecandu dengan para Bandar narkoba. Karena rata-rata mereka yang pecandu memakai narkoba 2 kali dalam sehari.

"Memang sudah sangat dibutuhkan panti rehabilitasi. Karena jika mereka pecandu tidak dibantu dan direhabilitasi maka permintaan narkoba akan selalu ada. Mereka-mereka inilah yang menjadi sasaran pengedar. Karena mereka setiap saat, setiap hari atau bahkan ada yang sehari dua kali itu membutuhkan narkoba dan salah satu solusinya adalah mereka harus direhabilitasi," kata I Ketut Rasna, Rabu (30/7/ 2014) hari ini.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Balikpapan Suryanto menambahkan, lahan untuk pembangunan Panti Rehabilitasi sudah disiapkan termasuk Detail Engineering Design (DED) dan tinggal menunggu anggaran yang akan dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Balikpapan 2015.

Saat ini pecandu narkoba di Kota Balikpapan hanya direhabilitasi rawat jalan di Rumah sakit Umum Daerah dr. Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan dan Rumah Sakit Bhayangkara.

Di Indonesa Panti Rehabilitasi hanya ada di Sukabumi, Batam, Makassar dan Samarinda. Dalam beberapa tahun belakangan Kota Balikpapan menjadi target peredaran narkoba jaringan internasional. Data BBN Kota Balikpapan menyebutkan, Bea Cukai dan Polda Kalimantan Timur beberapa kali menggagalkan penyeludupan narkoba dari luar negeri melalui Bandara Sepinggan, termasuk narkoba yang mencoba diseludupkan melalui jalan-jalan tikus di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dengan Malaysia.


Editor: Luviana