KBR68H, Rembang - Di Sedan Rembang, ada sebuah pondok pesantren unik. Santri pondok pesantren berasal dari beragam latar belakang. Mulai santri autis, anak terlantar hingga pecandu narkoba. Untuk menjalankan pondok, pengasuh menerapkan sistem subsidi silang.
Menginjakkan kaki kali pertama ke kompleks pondok pesantren Roudhotun Nasyi’in Shiddiqiyah atau RN ASA, di kaki bukit desa Dadapan Kec. Sedan, aroma keunikan langsung terasa.
Jika pondok pesantren pada umumnya berbau khas Islam, bangunan pondok ini justru kental oleh pengaruh budaya Tionghoa. Cat ruangan didominasi warna merah, lengkap dengan sejumlah aksesoris, layaknya ketika masuk sebuah klentheng.
Yah..pengasuh pondok pesantren RN Asa, Muhammad Abadi beralasan ingin memberikan sentuhan beda.
Saat ini sekira 100 anak menimba ilmu agama Islam di Ponpes tersebut. Mereka tak hanya penduduk setempat, namun juga dari Bengkulu, Palembang, Jawa Timur, Kalimantan bahkan ada pula yang berasal dari Papua. Rata-rata merupakan anak terlantar. Ada hasil temuan aparat kepolisian maupun kiriman warga sekitar.
Salah satunya Diananda (12 tahun), sampai sekarang bocah asal Bengkulu itu tidak mengetahui lagi keberadaan orang tuanya. Ia datang ke Desa Dadapan sejak usia 2 tahun, diantar oleh warga yang merasa kasihan.
Kisah lebih ekstrem dialami santri lainnya, Moses Malio, anak seorang pendeta di hutan pedalaman Wamena Papua. Ia sempat terlantar di Papua, kemudian berkat bantuan seseorang diajak ke pulau Jawa dan akhirnya masuk pondok pesantren RN ASA.
Seiring berjalannya waktu, Moses mantap memeluk agama Islam, berganti nama menjadi Muhammad Moslem. Selain mengaji kitab suci Al Quran, bocah berusia 15 tahun ini, belakangan kian fasih mengumandangkan adzan.
Moslem mengaku enggan pulang ke Papua. Menurutnya sudah sangat kerasan tinggal di desa Dadapan, meski harus berpisah dengan orang tuanya.
Beda lagi kisah bocah autis yang mengaku bernama Iwan, asal Solo. Ia dipergoki polisi nyaris tertabrak kendaraan di jalur Pantura Rembang, setahun lalu. Polisi kemudian mengantarkannya ke Ponpes RN ASA, karena panti asuhan menolak. Sampai sekarang identitas anak dan orang tuanya juga belum terkuak.
Muhammad Abadi tidak sekedar menjadi pengasuh pondok, namun sekaligus merangkap sebagai orang tua mereka. Sehari hari memberikan ilmu agama dan pelatihan khusus santri autis.
Soal operasional pesantren, memang menyedot anggaran cukup besar. Abadi menjelaskan menerapkan sistem subsidi silang, artinya siswa keluarga mampu membantu santri lain yang nasibnya kurang beruntung. Tak jarang ia menutupi dengan menjual ternak, apalagi sebagian besar siswa juga bersekolah di pendidikan formal.
Abadi bahagia, meski harus mencurahkan waktu, tenaga dan hartanya. Merawat anak-anak tersebut bagi Abadi adalah hal yang paling utama dan tidak ternilai harganya.
Saat ini Pondok RN ASA tengah memperluas bangunan untuk kegiatan santri. Abadi membuka lebar, kalau ada dermawan yang ingin membantu.
Untuk meringankan beban pengeluaran, santri pondok pesantren belakangan mulai mencoba berkebun sayur mayur. Seusai menjalani rutinitas di pondok, pada sore hari giliran merawat tanaman. Beragam kegiatan ini menjadi modal bagi santri, supaya kelak kalau dewasa mampu hidup mandiri.
Sumber: R2B Rembang
Editor: Anto Sidharta
Uniknya Sebuah Pesantren di Rembang
Di Sedan Rembang, ada sebuah pondok pesantren unik. Santri pondok pesantren berasal dari beragam latar belakang. Mulai santri autis, anak terlantar hingga pecandu narkoba. Untuk menjalankan pondok, pengasuh menerapkan sistem subsidi silang.

NUSANTARA
Kamis, 11 Jul 2013 09:32 WIB


Unik, Pesantren, Rembang
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai