KBR68H, Jakarta - Lambannya keputusan kenaikan tarif angkutan umum di Jakarta mengancam keberlangsungan jasa transportasi.
Pasalnya menurut Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna, ketidakjelasan kenaikan tarif angkutan menyebabkan pengusaha transportasi merugi dan tidak mampu membayar cicilan angkutan. Sementara biaya operasional sudah melonjak sejak hari kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Kenapa harus sampai terlalu lama? Sementara kota lain sudah bisa memumutskan berapa tarif yang harus diputuskan. Jadi kalau misalnya Pemprov atau Dishub ingin menegakkan aturan mereka harus mengatakan (Memutuskan). Tapikan mereka juga tidak bisa berbuat apa-apakan? Inikan begini. Persoalan keadilan memang dirasakan ini tidak adil. Jadinya sepertinya kita ini tidak bisa membaca situasi, karena masalah-masalah politik, karena masalah tarik kepentingan, sehingga yang jadi korban rakyatnya,” ujar Yayat di Jakarta, Jum’at (5/7).
Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna. Sebelumnya Organiasai Angkutan Darat (DKI) sudah mendesak DPRD agar segera menaikkan tarif. Ketua Organda DKI Jakarta, Soedirman mengatakan selain merugi, omset pengusaha angkutan juga semakin menurun karena tarif tidak jelas jumlahnya. DPRD sendiri berdalih tarif belum bisa dinaikkan karena usulan Pemprov DKI yang mencapai 40 persen terlalu tinggi.
Editor: Pebriansyah Ariefana
