Bagikan:

Gajah Dibunuh Timbulkan Bencana !

KBR68H, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh mengaku kesulitan merawat bayi gajah Raju karena kekurangan dana.

NUSANTARA

Senin, 22 Jul 2013 22:22 WIB

Gajah Dibunuh Timbulkan Bencana !

gajah, raju, dibunuh, aceh, portalkbr.com

KBR68H, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh mengaku kesulitan merawat bayi gajah Raju karena kekurangan dana. Kepala BKSDA Aceh Amon Zamora menuturkan, biaya untuk merawat Raju dalam sebulan nilainya  bisa mencapai belasan juta rupiah lebih. Sementara anggaran BKSDA sangat terbatas. (Baca: Raju dan Raja, Nasib Tragis Seekor Anak Gajah)

"Karena budgetnya besar. Karena kita harus mengusahakan agar Raju tetap diberikan susu. Kendalanya adalah ada di masalah dana. Susunya saja sebulan bisa mencapai 8 juta rupiah harganya. Kalau tidak dibelikan, kan kasihan. Kita tetap berusaha memberikan susunya terus. Saya juga tidak mau menggalanga dana, karena khawatir nantinya menjadi masalah," katanya saat dihubungi KBR68H.

Sebelumnya Raju, seekor bayi gajah yang baru berusia kurang lebih dua bulan akhirnya tewas setelah ditemukan warga Desa Blang Pante, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara pertengahan Juni lalu. Saat ditemukan, Raju tergeletak lemah tak berdaya. Oleh sebab itu, warga memutuskan untuk membawa Raju pulang ke desa mereka dan merawatnya. Selain Raju, warga sebelumnya juga menemukan seekor bayi gajah. Namun usianya lebih tua ketimbang Raju. Warga menamainya Raja. Tapi, Raja tak berumur panjang. Ia mati ketika baru sepekan dirawat karena perut kembung dan diare berat. (Baca: Pembunuh Gajah Sumatera di Aceh Diduga Warga Sekitar)

Sementara itu, Peneliti gajah dari LSM WWF, Sunarto menilai kematian gajah yang tak wajar menjadi indikator kerusakan lingkungan. Kata dia, keterancaman gajah merupakan keterancaman keberadaan manusia terhadap lingkungannya. Keterancaman populasi gajah yang makin sedikit, sama halnya dengan bencana-bencana alam, yang disebabkan kerusakan lingkungan.

"Ya, ini tak hanya seperti kebun sawit saja di Sumatera, tapi perlu keseimbangan alam juga. Jadi perlu iklim yang stabil. Perlu udara yang segar. Kaitannya ke sana. Jadi tak bisa dikaitkan dengan individu, dengan individu lain, tapi kaitan yang lebih besar itu, yang perlu kita pertimbangkan," kata Sunarto kepada KBR68H.

Peneliti gajah dari LSM WWF, Sunarto menambahkan, pemerintah daerah perlu memetakan kembali populasi gajah agar tak terjadi konflik dengan manusia. Dia menilai gangguan gajah ke manusia, disebabkan habitat gajah yang telah dirusak. Kematian gajah yang tidak wajar makin marak terjadi. Mamalia besar ini diracun, sampai dijerat dengan ranjau hewan hingga tewas. Terakhir, seekor bayi gajah bernama Raju tewas akibat tak diasuh induknya yang tewas dibunuh.

Editor: Nanda Hidayat

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending