KBR68H, Denpasar- Kurang lebih seratus lelakut atau orang-orangan sawah menghiasi kawasan sawah di Banjar Junjungan Ubud Gianyar Bali. Pemasangan lelakut tersebut dilakukan oleh komunitas pekerja sosial Bali yang tergabung dalam Komunitas Anak Alam, dalam serangkaian kegiatan Festival lelakut. Ketua Komunitas Anak Alam, Pande Putu Setiawan mengatakan penyelenggaraan Festival Lelakut merupakan bentuk kritik sosial ditengah maraknya keinginan masyarakat Bali untuk menjual sawah. Apalagi penjualan lahan sawah yang terjadi hanya karena iming-iming harga tinggi dari pihak investor. Selain sebagai bentuk kritik sosial, Festival Lelakut juga bertujuan untuk melestarikan budaya pertanian di Bali
“semua orang yang akhirnya melihat lelakut itu sekarang bilang, ini akhirnya untuk pertama kali saya bisa melihat lagi lelakut, itu budaya kita sendiri yang juga hilang, sama dengan sawah, sama hilangnya, jadi mungkin lelakut bisa menjadi wakil kecil dari pesan itu, tentang budaya pertanian dan banyak hal, itu bisa menjadi pesan social buat masyarakat” papar Pande Putu Setiawan
Pande Putu Setiawan menambahkan Festival Lelakut juga bertujuan untuk mengenalkan budaya pertanian Bali pada generasi muda. Festival lelakut yang di buka sejak Jumat kemarin. Menurut rencana akan berlangsung hingga hari minggu besok.
Arin Swandari
Festival Lelakut, Agar Sawah Tak Dijual

NUSANTARA
Sabtu, 27 Jul 2013 22:23 WIB


festival lelakut, orang-orangan sawah, sawah dijual
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai