KBR68H, Jakarta – Kondisi jamaah Syiah yang mengungsi di Rusunawa Sidoarjo saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi saat mereka berada di GOR Sampang, Madura.
Kesehatan dan bantuan makanan masih sama buruknya dengan keadaan di pengungsian sebelumnya.
Pendamping Jamaah Syiah Fatkhul Khoir mencontohkan, perbaikan makanan untuk balita yang diajukan tak kunjung mendapat tanggapan pemerintah.
“Kondisinya sekarang belum ada perubahan yang signifikan. Beberapa hal yang kami sampaikan ke pemerintah belum ada yang direalisasi. Misalnya soal makanan itu kan masih disamakan antara makanan bayi, anak-anak, lansia. Itu kan masih disamakan semua. Tidak ada pembedaan makanan. Kondisinya itu hampir sama seperti di GOR,” jelas Fathul Khoir saat dihubungi KBR68H.
Sejak Juni lalu, 200-an warga Syiah Sampang Madura dipindahkan paksa oleh pemerintah setempat dan aparat kepolisian dari tempat pengungsian sementara di GOR Sampang Madura.
Mereka kemudian ditempatkan ke rumah susun di Sidoarjo dengan janji hidup lebih layak. Warga Syiah tersebut sudah hampir satu tahun terusir dari kampungnya di dusun Nangkernang, desa Karang Gayam. Pada Agustus tahun lalu rumah mereka dibakar massa anti Syiah.
Selama enam bulan lebih mengungsi di GOR Sampang, para pengungsi Syiah kurang mendapat perhatian. Bantuan dari pemerintah daerah Sampang hanya mengalir satu bulan sebelum kemudian dihentikan dengan alasan kurang dana. Aliran listrik dan air beberapa kali dihentikan.
Keinginan pengungsi Syiah untuk kembali ke kampung halaman ditolak sekelompok orang anti Syiah. Pemerintah berencana menggelar rekonsiliasi. (baca: Rekonsiliasi Syiah Sampang, Pemerintah Tawarkan Dua Opsi)
Editor: Agus Luqman