Bagikan:

Akibat Salah Diagnosa, Bayi Firman Kritis Hampir Dua Bulan

KBR68H, Jakarta

NUSANTARA

Selasa, 23 Jul 2013 13:49 WIB

Author

Doddy Rosadi

Akibat Salah Diagnosa, Bayi Firman Kritis Hampir Dua Bulan

salah diagnosa, bayi kritis, RSUD Cibinong, firmanto hanggoro, ketuban pecah

KBR68H, Jakarta – Firmanto Hanggoro hanya bisa pasrah ketika dokter memberitahu kondisi bayinya kritis setelah dilahirkan. Sang bayi “memakan” air ketuban selama empat hari di kandungan sehingga mengalami infeksi yang parah.

Wartawan foto salah satu majalah di Jakarta itu menuturkan, kejadian ini kemungkinan besar karena kesalahan diagnosa yang dilakukan oleh salah satu dokter kandungan di RUSD Cibinong, Jawa Barat. Menurut Firman, dia dan istri melakukan kontrol rutin kandungan ke RSUD Cibinong pada 27 Mei lalu. Ketika itu, sang istri meminta langsung dirawat meski usia kandungan baru 8 bulan 2 minggu.

“Istri saya mengeluhkan keluarnya cairan, tapi ketika di USG, dokter bilang kondisinya baik-baik saja, begitu juga dengan kondisi bayi, ginjal berfungsi normal dan berat badan sudah 2,5 kg. Cairan itu katanya hanya cairan keputihan jadi tidak perlu khawatir. Padahal, kita sudah minta dirawat tapi dokter bilang tidak perlu dan meminta kami untuk tetap tenang,”kata Firman ketika dihubungi KBR68H.

Firman dan sang istri kemudian melaksanakan anjuran dr Basrul SpOg untuk pulang ke rumah. Namun, empat hari berselang, istrinya mulai merasakan sakit di perut dan juga badannya. Dia langsung berinisiatif untuk memanggil bidan untuk datang ke rumah. Setelah dicek, bidan tersebut meminta saya untuk segera membawa istri ke RS As Salam karena ketubannya sudah pecah.

Tanpa pikir panjang, pria 33 tahun itu bergegas menuju RS As Salam yang juga berada di sekitar Cibinong. Operasi cesar berjalan dengan lancar. Namun, kondisi sang bayi ternyata mengkhawatirkan.

“Kata dokter, bayi saya dalam kondisi kritis karena makan air ketuban selama empat hari. Karena RS As Salam tidak punya peralatan yang memadai, akhirnya bayi saya dipindahkan ke RS Sentra Medika. Di RS itu, ternyata dokter mendiagnosa ada kelainan pada jantung bayi saya. Ini mungkin karena penyakit jantung bawaan. Tetapi, kelainan itu tidak pernah terdeteksi ketika saya melakukan kontrol di RSUD Cibinong.”ujarnya.

Karena tidak punya peralatan yang cukup untuk penyakit jantung, RS Sentra Medika meminta Firman untuk memindahkan ke RS yang punya peralatan yang lebih lengkap. Dalam keadaan kritis karena mengalami infeksi paru serta kuman yang sudah mulai masuk ke darah, Firman membawa bayinya ke RS Harapan Kita.

“Dari pertama kali masuk sampai sekarang, kondisi anak saya masih kritis. Kondisinya turun naik, kadang stabil, kadang ngedrop lagi. Sekarang kata dokter kondisinya bahaya. Masalah jantung sudah bisa diatasi setelah dilakukan operasi, namun masalah infeksi masih belum. Saat ini dokter tengah berjuang agar parunya bisa berfungsi normal,”jelas Firman.

Bukan hanya sang bayi yang harus dirawat di Rumah Sakit, kondisi istrinya juga langsung drop pasca-melahirkan. Kata Firman, ginjal istrinya macet setelah melahirkan sehingga sekarang harus cuci darah setiap hari.

“Selama ginjalnya belum bekerja dia harus cuci darah. Saat ini masih di ruangan ICU di RS Carolus karena dia sempat sesak nafas. Ternyata, cairan dari lambung naik ke paru. Karena ginjalnya tidak bekerja, semua cairan yang masuk dari infus tidak terbuang melalui urine. Akibatnya, langsung naik ke paru-paru sehingga membuat dia susah untuk bernafas,”ungkapnya.

Firmanto belum ada rencana untuk meminta pertanggungjawaban RSUD Cibinong atas salah diagnosa yang dilakukan oleh dokter kandungan yang praktik di RS tersebut.

“Pengen sih minta pertanggungjawaban, tapi khawatirnya kalau saya lapor ke polisi kan harus meninggalkan RS, sedangkan saya sekarang gak bisa kemana-mana, harus stand by di RS,”tutupnya.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending