KBR68H, Jakarta - Lima ribu lebih warga Negeri Lima Maluku Tengah masih berada di pos pengungsian setelah bendungan alam Way Ela jebol pada Kamis lalu.
Kepala BPBD Maluku Tengah Bob Rachmat mengatakan, pihaknya menjamin ketersediaan logistik di pengungsian aman. Tapi, Rachmat mengakui, logistik yang ada belum semuanya didistribusikan ke lokasi pengungsian.
"Pengungsi semua sampai sekarang 5.233, khusus Negeri Lima dan sekitarnya sampai dusun dusunnya. Kalau logistik, pertama, kan tanggap darurat ini 14 hari sampai dengan tanggal 6 Agustus. Kita sudah siapkan dapur umum yang ada. Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah itu punya beras sampai 100 ton. Sudah kita anulir sudah 15 ton masuk, tapi berasnya belum kita distribusi, karena tanggap daruratnya masih sampai tanggal 6 Agustus. Dan itu masih dilayani dapur umum," ungkap rachmat kepada KBR68H.
Sementara, untuk kebutuhan beras untuk pengungsi, menurut Bob, sudah cukup memadai.
“Pemerintah Provinsi juga empunyai stok beras sampai 200 ton. Jadi kalau untuk kebutuhan logistik mereka bisa kita akomodir dan kita kondisikan sampai sekarang,” tambah Bob.
Kepala BPBD Maluku Tengah Bob Rachmat menambahkan, hingga kini tim penyelamat masih terus mencari tiga korban yang hilang.
Sebelumnya, pembahasan soal ganti rugi rumah warga korban jebolnya bendungan Way Ela masih belum rampung. BPBD mengklaim pembangunan hunian tetap di lokasi semula lebih memungkinkan ketimbang relokasi ke tempat lain. Pasalnya, kata Rachmat, di pesisir lahannya sangat terbatas dan rawan longsor.
Editor: Anto Sidharta
Lima ribu lebih warga Negeri Lima Maluku Tengah masih berada di pos pengungsian setelah bendungan alam Way Ela jebol pada Kamis lalu.

NUSANTARA
Selasa, 30 Jul 2013 19:54 WIB


Logistik, way ela, Maluku
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai