Bagikan:

Pasca Longsor Banjarnegara, Pengungsi Trauma

Kepala Desa Gumelem Kulon, Arief Mahbub mengatakan pihaknya membutuhkan psikolog untuk pemulihan trauma pasca bencana.

BERITA | NUSANTARA

Selasa, 21 Jun 2016 10:59 WIB

Pasca Longsor Banjarnegara, Pengungsi Trauma

Ilustrasi. Pengungsi korban banjir. Foto: Antara

KBR, Banjarnegara–  Puluhan pengungsi  korban banjir dan longsor di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah mengaku trauma atas peristiwa banjir dan longsor yang terjadi pada Sabtu (18/6/2016) lalu.

Kepala Desa Gumelem Kulon, Arief Mahbub mengatakan sebagian besar pengungsi, terutama anak-anak terlihat ketakutan ketika mendengar gemuruh suara guntur ketika hujan turun.

“Mereka enggan kembali ke rumah dan memilih bertahan di pengungsian yang sementara ini ditempatkan di rumah Ketua RW 5 dan 6 desa setempat,”ujarnya, Selasa (21/6/2016).

Arief menambahkan, pihaknya membutuhkan psikolog untuk mendampingi para pengungsi agar bisa membantu proses pemulihan trauma pasca bencana.

“Kalau masalah logistik sembako, saya kira sudah cukup. Cuma yang terpenting sekarang adalah untuk psikologisnya. Sebab masih ada sejumlah warga kami yang sangat trauma dengan kejadian tersebut. Kalau bantuan lain, yang dibutuhkan adalah material bangunan. Di sana banyak rumah roboh.”

Arief memastikan bantuan berupa makanan dan obat-obatan sudah didistribuskan kepada 36 orang korban yang selamat.  

Sebelumnya longsor terjadi di  Dusun Wanarata dan Gunung Duwur Desa Gumelem Kulon pada Sabtu sore. Enam orang meninggal dunia. Tiga korban di dusun Wanarata, yakni Ahmad Hidayatulloh alias Wato (40), Sudarno Dasimin (45), dan Ahmad Bahrudin (40). Tiga korban lainnya di Dusun Gunung Duwur, yakni  Tariwen (52), Riatin Fauzi (10), dan Fina Sritanti (10).

Bencana longsor juga mengakibatka tiga orang di Dusun Wanarata mengalami luka-luka,  tiga rumah tertimbun material longsor dan belasan rumah lainnya rusak terkena material longsor.

Sementara mengenai wacana relokasi terhadap  warga Gumelem, kata Arief hingga kini masih mendapat penolakan.  Meski berada di bawah tebing curam, warga menolak pindah lantaran tak ingin meninggalkan lahan pertanian mereka.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending