KBR, Banjarnegara–
Puluhan pengungsi korban banjir dan longsor di Desa Gumelem
Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah mengaku trauma
atas peristiwa banjir dan longsor yang terjadi pada Sabtu (18/6/2016) lalu.
Kepala Desa Gumelem Kulon, Arief Mahbub mengatakan sebagian
besar pengungsi, terutama anak-anak terlihat ketakutan ketika mendengar gemuruh
suara guntur ketika hujan turun.
“Mereka enggan kembali ke rumah dan memilih bertahan di pengungsian yang sementara ini ditempatkan di rumah Ketua RW 5 dan 6 desa setempat,”ujarnya, Selasa (21/6/2016).
Arief menambahkan, pihaknya membutuhkan psikolog untuk mendampingi para pengungsi agar bisa membantu proses pemulihan trauma pasca bencana.
“Kalau masalah logistik sembako, saya kira sudah cukup. Cuma yang terpenting sekarang adalah untuk psikologisnya. Sebab masih ada sejumlah warga kami yang sangat trauma dengan kejadian tersebut. Kalau bantuan lain, yang dibutuhkan adalah material bangunan. Di sana banyak rumah roboh.”
Arief memastikan bantuan berupa makanan dan obat-obatan sudah didistribuskan kepada 36 orang korban yang selamat.
Sebelumnya longsor terjadi di Dusun Wanarata dan Gunung Duwur Desa Gumelem Kulon pada Sabtu sore. Enam orang meninggal dunia. Tiga korban di dusun Wanarata, yakni Ahmad Hidayatulloh alias Wato (40), Sudarno Dasimin (45), dan Ahmad Bahrudin (40). Tiga korban lainnya di Dusun Gunung Duwur, yakni Tariwen (52), Riatin Fauzi (10), dan Fina Sritanti (10).
Bencana longsor juga mengakibatka tiga orang di Dusun Wanarata mengalami luka-luka, tiga rumah tertimbun material longsor dan belasan rumah lainnya rusak terkena material longsor.
Sementara mengenai wacana relokasi terhadap warga Gumelem, kata Arief hingga kini masih mendapat penolakan. Meski berada di bawah tebing curam, warga menolak pindah lantaran tak ingin meninggalkan lahan pertanian mereka.