KBR, Cilacap – Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (NU) Cilacap, Jawa Tengah menyatakan pondok pesantren mengalami krisis minat. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya jumlah santri di 1200-an pondok pesantren dan lembaga pendidikan informal yang berada dalam naungan NU Cilacap.
Sekretaris PCNU Cilacap, Hazam Bisri mengatakan ada perbedaan pola pikir orang tua saat memasukkan anak-anaknya ke pesantren. Kata Hazam, orang tua membatasi waktu pesantren sesuai dengan pendidikan formal yang saat itu juga ditempuh. Sehingga saat selesai pendidikan formal setingkat SLTP atau SLTA, santri akan keluar dari pesantren.
"Sekarang
pondok pesantren sudah mulai krisis secara kuantitas. Santri-santrinya mulai berkurang.
Ini merupakan bentuk evaluasi dan tanggungjawab pesantren dan NU karena basis NU
adalah pesantren. Untuk itu, tahun ini NU membuat program gerakan ayo mondok. NU
memberikan dorongan kepada masyarakat bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan
yang penting", ujar Hazam Bisri, Jumat (5/6/2015)
Menurut Hazam, menurunnya minat orang tua ini musti direspon oleh Pondok Pesantren dengan membangun kepercayaan publik bahwa pendidikan pesantren berkualitas. Antara lain, dengan memadukan pendidikan informal pesantren dengan pendidikan formal, mulai pendidikan dini hingga perguruan tinggi. Dengan demikian, santri bisa menempuh pendidikan di tempat dan waktu yang sama dengan durasi waktu yang cukup. Saat ini, jumlah santri di Kabupaten Cilacap mencapai 25 ribu orang.
Hazam Bisri mengatakan tahun ini, sesuai dengan program kerja
Pengurus Besar Nahdatul Ulama, PC NU Cilacap juga membuat program ‘Ayo Mondok’.
Tujuannya menggugah orang tua agar memasukkan anak-anaknya ke pesantren.
Pendidikan pesantren, jelas Hazam, sangat efektif meredam potensi kenakalan
remaja.
Editor: Malika