KBR-Solo, Wakil Walikota Solo, Jawa Tengah, Achmad Purnomo, tanpa ragu langsung menuliskan ungkapan keprihatinannya pada kasus Angeline di ajang Aksi SOLODARITAS, PRAY FOR ANGELINE, di Car Free Day Solo, Minggu pagi. Menurut Purnomo, kasus yang dialami Angeline bisa menjadi evaluasi pemerintah dalam mensikapi program kota layak anak, termasuk yang saat ini disandang kota Solo.
“Saya sangat prihatin
dengan kasus Angeline yang terjadi di Bali, itu mungkin baru satu kasus saja,
masih banyak anak-anak mengalami kasus seperti Angeline. Ini menjadi satu
hikmah, pelajaran dan pengalaman berharga bagi pemerintah baik pusat hingga
daerah serta para orang tua untuk bersama-sama memberi perhatian pada
anak-anak. Jangan hanya infrastruktur ramah anak saja yang diurusi, tetapi juga
bagaimana peran orang tua, lingkungan sekolah, hingga pemerintah memberikan
rasa aman dan nyaman pada anak. Ini catatan penting bagi kami di pemkot Solo
yang selama ini menyandang menuju kota ramah anak. Semoga kasus seperti
Angeline dan kasus yang dialami anak-anak tidak terjadi di Solo,” kata Achmad Purnomo (14/6/2015).
Sebagaimana diketahui,
seorang anak berumur 8 tahun, Angeline, ditemukan tewas dan dikubur di belakang
rumah orang tua angkatnya di Bali. Hampir sebulan bocah ini dikabarkan hilang
dari rumah. Polisi, Komisi Perlindungan Anak, hingga menteri terkait mendatangi
rumah orang tua angkatnya dan mencari keberadaan bocah ini.
Polisi kemudian menemukan gundukan tanah di belakang rumah orang tua angkat korban dan menemukan mayat bocah tersebut masih berselimut dan memeluk boneka. Jasad bocah ini diotopsi dan ditemukan berbagai tanda kekerasan fisik dan dugaan perkosaan. Kasus ini menjadi sorotan berbagai media sosial dan media massa. Angeline diadopsi orang tua angkatnya karena saat kelahirannya orang tua kandung tidak memiliki biaya persalinan.
Selama ini Denpasar atau Bali menjadi salah satu dari 34 kota, 40 kabupaten, 11 propinsi layak anak yang dicanangkan Pemerintah hingga tahun 2015 ini.
Editor: Rony Sitanggang