KBR, Banyuwangi - Tim laboratorium forensik Polda Jawa Timur, menyelidiki terbakaranya kelenteng Hoo Tong Bio di Kabupaten Banyuwangi. Salah satu kelenteng terbesar di Jawa dan Bali ini terbakar pada hari Jumat pekan lalu.
Ketua tim pemeriksa, Sudi Hardiyono mengatakan, hasil penyelidikan sementara api yang membakar altar peribadatan kelenteng tertua di Banyuwangi itu berasal dari gudang belakang. Karena tingkat kerusakan gudang yang berada persis di belakang kelenteng itu paling parah.
Kata dia, gudang ini berisi sarana peribatan yang berisi lilin dan uang kertas. Kemudian api menjalar ke ruangan sekitar gudang termasuk keleteng yang digunakan ibadah umat Konghucu.
“Kesimpulanya adalah kandungan apa yang ada di situ, misalnya ada kandungan solar, kandungan bensin ada kandungan minyak lain itu kita bisa menentukan. Ada unsur kesengaajaan kalau ada kandungan itu. Perambatan api dan tingkat kerusakan itu dari belakang ke arah depan,” kata Sudi Hardiyono.
Sudi Hardiyono menambahkan, pihaknya belum bisa memastikan sumber api. Sebab, Instalasi listrik sendiri dalam kondisi normal. Artinya, sumber api bukan dipicu karena korsleting.
Untuk memastikan penyebab kebakaran, tim Labfor Forensik mengambil sampel abu di 5 tempat berbeda. Dari abu tersebut akan diteliti apakah ada kandungan bahan bakar minyak. Apabila mengandung BBM seperti solar atau bensin, maka dipastikan ada unsur kesengajaan dari kebakaran tersebut.
Kebakaran dahsyat di kelenteng Hoo Tong Bio terjadi pada Jumat pagi, (13/6), sekitar pukul 06.00. Petugas pemadam kebakaran yang terlambat datang membuat api melalap habis altar ibadah yang dibangun 1784 ini. Seluruh isi kelenteng, mulai 11 patung dewa-dewi prasasti kuno dan sarana peribadatan ludes terbakar.
Editor: Antonius Eko