KBR, Jakarta - Penutupan lokalisasi Dolly dikhawatirkan akan memicu munculnya lokalisasi baru di daerah lain. Menurut Esthi Susanti Hudiono, aktivis HIV/AIDS yang sudah mendampingi pekerja seks di Dolly selama 20 tahun, tutupnya Dolly tidak menjamin aktivitas prostitusi berhenti.
Esthi mengatakan, para pekerja seks itu kemungkinan besar akan menjalankan pekerjaannya di tempat lain. “Masalah prostitusi tidak akan selesai hanya di tangan pemerintah kota Surabaya.”
“Pemerintah Surabaya harus bekerja sama dengan pihak-pihak yang akan merasakan dampak buruknya, seperti Bali,” jelasnya.
“Bali takut nanti pekerja seksnya pada lari ke sana semua. Jadi ini sebuah masalah nasional, menjadi masalah presiden,” ungkap Esthi.
Sebagian pekerja seks di Dolly juga berasal dari berbagai daerah lain di Pulau Jawa. Setelah Dolly ditutup, para pekerja seks akan dikembalikan ke daerah asal mereka masing-masing. Esthi mengatakan, perlu ada koordinasi antara pemerintah daerah asal dengan pekerja seks supaya mereka tetap tinggal di daerahnya dan tidak kembali ke Surabaya.
Penutupan Gang Dolly akan dilaksanakan Rabu (18/6) malam ini lewat sebuah deklarasi di Islamic Centre pada pukul 19.00 WIB.
Editor: Citra Dyah Prastuti