Bagikan:

Ini Penyebab Anjloknya Produksi Kakao di Kolaka

Produksi kakao di Kolaka, Sulawesi Tenggara, merosot hampir 100 persen yakni sekitar 90 persen. Penyebab utama penurunan ini karena pemekaran kabupaten baru Kolaka Timur yang lepas dari Kolaka sebagai kabupaten induk.

NUSANTARA

Rabu, 25 Jun 2014 14:03 WIB

Ini Penyebab Anjloknya Produksi Kakao di Kolaka

Anjloknya, Produksi Kakao, Kolaka

KBR, Kolaka – Produksi kakao di Kolaka, Sulawesi Tenggara, merosot hampir 100 persen yakni sekitar 90 persen. Penyebab utama penurunan ini karena pemekaran kabupaten baru  Kolaka Timur yang lepas dari Kolaka sebagai kabupaten induk.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Kolaka, Sulawesi Tenggara, Kasim Madaria, luas kebun kakao saat ini hanya sekitar 29.800 hektar. Padahal, sebelum pemekaran luas lahan mencapai  94.600 hektar.

Hal ini, kata Kasi, yang membuat kakao tidak lagi menjadi tanaman primadona bagi Kolaka. Sebab memang selama ini produksi kakao di Kolaka sebagian besar dari wilayah timur.

“Jadi selisihnya itu lari ke Kolaka Timur. Sangat berpengaruh dari segi areal saja otomatis produksinya akan menurun,” katanya, Rabu (25/6).

Dia menambahkan, sebelum pemekaran, produksi kakao di Kolaka mencapai 12 ribu ton tiap musim panen. Kini berkurang menjadi 4.000 ton per musim.

“Makanya dengan pengurangan yang sangat signifikan itu kita mencoba mencari formula lian. Misalnya tanaman cengkeh karena kini wilayah Kolaka sebagian besar cocok dengan tanaman cengkeh,” tambahnya.

Menurut Kasim, iklim di Kolaka dan geografis lahan yang sebagian besar wilayah pegunungan yang berhadapan dengan laut berpotensi besar untuk pengembangan tanaman cengkeh. Hal ini, kata dia, yang sedang diubah pemda.

“Sebab Kolaka terlanjur dikenal sebagai penghasil kakao. Walaupun kini masih menghasilkan cuma tidak sebesar beberapa tahun lalu,” tutupnya.

Editor: Anto Sidharta

Baca juga:


AIKI : Industri Kakao Butuhkan Kakao Impor

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending