KBR, Bondowoso – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Jawa Timur, menetapkan status siaga kekeringan di 10 Kecamatan.
Kepala BPBD Bondowoso, Harry Patriantono mengatakan, status siaga kekeringan ini diberikan kepada daerah-daerah yang mengalami kekurangan pasokan air bersih. Saat ini, BPBD Bondowoso juga telah membuka posko induk siaga kekeringan di Kantor BPBD untuk menampung laporan dari masyarakat.
“Statusnya siaga kekeringan, artinya kita siap siaga manakala ada kekeringan. Prediksi seperti tahun sebelumnya kekeringan berpotensi terjadi di 30 Desa yang ada di 10 Kecamatan. Untuk itu, kami sudah membuka posko induk siaga di Kantor BPBD,” kata Harry Patriantono saat ditemui KBR di Kantor BPBD, Jum’at (20/06).
Menurutnya, beberapa Kecamatan yang berpotensi mengalami kekeringan di antaranya Kecamatan Cermee, Botolinggo, Wringin, Binakal, Curahdami dan Tegalampel. BPBD juga telah menerjunkan tim kelapangan untuk melakukan pemetaan wilayah terdampak.
Sampai saat ini, kata Harry, ada beberapa permintaan pasokan air bersih dari beberapa Kecamatan, seperti Curahdami, Tamankrocok dan Sumber Wringin untuk langkah antisipasi. Namun, BPBD belum bisa mengirimkan air bersih karena belum berdampak langsung pada masyarakat.
Selain itu, MoU ( Memorandum Of Understanding) antara BPBD Bondowoso dan PDAM, terkait distribusi air bersih ke wilayah yang mengalami kekeringan, belum diperpanjang.
Kepala PDAM Bondowoso, Mulyadi mengatakan, tidak bisa mendistribusikan air bersih kepada masyarakat di wilayah yang mengalami krisis air bersih karena MoU dengan BPBD belum diperbaharui. Menurutnya, jika ada MoU yang jelas, PDAM siap mendistribusikan air jika dibutuhkan.
“ Kita memang kerjasama dengan BPBD, tapi kami mengacu pada aturan. Yang kami laksanakan nanti berdasarkan MoU dengan BPBD, karena penentuan lokasi pendistribusian air bersih kepada masyarakat yang menentukan BPBD. Sampai saat ini kami belum menerima lokasi mana yang akan kita distribusi air bersih,” kata Mulyadi kepada KBR.
Editor: Antonius Eko