KBR68H, Banyuwangi– Puluhan aktivis lingkungan hidup di Banyuwangi Jawa Timur, melakukan aksi jongkok massal. Selain memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia, aksi ini juga dilakukan sebagai penolakan penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu.
Koordinator aksi jongkok massal Rosdi Bahtiar Martadi mengatakan, aksi ini merupakan simbol atas sikap DPRD dan Bupati Banyuwangi yang tidak pernah tegas menolak rencana eksploitasi emas di sana.
“Jadi karena sampai sekarang tidak ada ketegasan baik dari unsur pemerintah manapun, Departemen Kehutananan, Bupati, DPRD Banyuwangi dari unsur – unsur pemerintahan tidak ada ketegasan untuk menolak Tumpang Pitu dan kami piker kami meyakini bahwa melakukan eksploitasi tambang disebuah kawasan lindung di hutan lindung itu adalah tindakan IQ jongkok makanya kami pilih aksi ini adalah jongkok massal,”kata Rosdi Bahtiar Martadi.
Kordinator aksi jongkok massal Rosdi Bahtiar Martadi menambahkan, Pemkab Banyuwangi seharusnya belajar kepada kasus teluk buyat Minahasa yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Kata dia, Jika ekspliotasi emas tersebut diijinkan maka akan berdampak ke banyak hal, termasuk di sektor pertanian dan kelautan.
Sementara itu, beberapa waktu lalu Peneliti dari Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Susintowati, menemukan kadar mercuri yang cukup tinggi dari sisa pertambangan emas tradisional di Pantai Lampon, Banyuwangi. Menurut Susintowati, dari hasil pengamatan dan pengambilan data yang dilakukan sejak bulan Mei 2010 hingga Juni 2012 lalu, mercuri tersebut telah masuk ke tubuh siput dan kerang.
Editor: Nanda Hidayat