Angin Kencang, Nelayan Pidie Takut Melaut

KBR68H, Sigli - Angin kencang yang menyapu pesisir utara Kabupaten Pidie, Aceh sepanjang malam hingga Minggu petang (9/6), membuat ratusan nelayan tak berani melaut. Kondisi ini berdampak pada naiknya harga ikan tangkapan.
 
Seorang nelayan Pidie,  Muslim, saat dijumpai di pelabuhan pendaratan ikan, Pasi Peukan Baro, Sigli, menyebutkan angin kecang yang berhembus dari arah selatan sangat membahayakan bagi nelayan, terlebih bagi perahu motor berukaran kecil 3 Gross Ton (GT).
 
"Sebagian besar nelayan di Sigli dan sekitarnya hanya memiliki perahu motor 3 GT, jika angin kencang seperti sekarang ini tidak mungkin melaut, bukan karena gelombang besar, tetapi terpaan angin membuat perahu nelayan terseret ke tengah selat," jelasnya.
 
Menurut Muslim, kemungkinan kondisi tersebut berlangsung hingga tiga hari ke depan. Terpaksa nelayan menganggur, dan sebagian dari mereka memperbaiki jaring tangkapan.
 
Sementara itu, pedangang ikan di Sigli, Azhar mengaku, dia terpaksa menaikkan harga ikan dagangannya. Sebab, harga tebus ditingkat grosir ikan, rata rata harganya naik sekitar Rp 3.000/ kilogram.
 
Ia mencontohkan, jenis ikan tongkol hari biasa harganya Rp 12.000/ kg, kini naik menjadi Rp 15.000/ kg, dia terpaksa menjualnya Rp 20.000 per-kilo-nya. Begitu pula ikan jenis kembung dari Rp 10.000/ kg melonjak menjadi Rp 15.000. Cara seperti ini ia lakukan pada beberapa jenis ikan tangkapan lainnya.
 
"Naiknya harga ikan karena hasil tangkapan nelayan menipis karena mereka para nelayan tidak melaut karena angin kencang. Sedangkan stok ikan masuk dari luar daerah, selain adanya ikan hasil tambak, tapi, kurang diminati," tuturnya.

Sumber: Mutiara Pidie
Editor: Anto Sidharta