Bagikan:

Merawat Ingatan, Melestarikan Wayang Topeng Malangan

“Kita akan wajibkan anak-anak mengenal kesenian lokal. Menciptakan karakter, tak hanya bermain gadget,”

NUSANTARA

Rabu, 29 Mei 2024 10:14 WIB

Topeng Malangan

Siswa SMPK Santa Maria 1 menari Grebeg Sabrang Ropeng Malangan di Alun-alun Tugu Kota Malang, Jatim, Senin (20/05/24). (KBR/Eko Widianto)

KBR, Malang- Upacara Hari Kebangkitan Nasional  di depan halaman Balai Kota Malang, Jawa Timur sudah usai. Tapi  peserta memilih bertahan, tak  beranjak dari barisan.  Sayup-sayup suara gending wayang topeng Malangan mengalun dari pelantang. Puluhan penari berjalan menuju tengah halaman Balai Kota Malang. Mengenakan topeng berwarna merah, mereka mengibaskan selendang atau sampur. Sembari kakinya mengentakkan gongseng atau gelang kaki berderet lonceng.

Puluhan murid SMP itu  menampilkan tarian Grebeg Sabrang, sebuah tarian dari penggalan kisah Epos Panji yang ditampilkan dalam pagelaran wayang topeng Malangan. Puluhan mata peserta upacara dan pejabat Pemerintah Kota Malang tertuju ke gerakan tari 95 siswa Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Santa Maria 1.

Siswa SMPK Santa Maria 1 menari Grebeg Sabrang Topeng Malangan di Alun-alun Tugu Kota Malang, Jatim, Senin (20/05/24). (KBR/Eko Widianto)

“Tariannya bagus. Membangkitkan semangat kita, nasionalisme,” puji Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat,  Senin (20/05/24).

Pemerintah Kota Malang, kata Wahyu, memfasilitasi kreasi dan inovasi sekolah untuk melestarikan kesenian tradisi. Apalagi, wayang topeng Malangan merupakan kesenian khas Malang yang nyaris sepi peminat. Tak banyak pertunjukan panggung seni, yang menampilkan wayang topeng Malangan. Bahkan, di Kota Malang tak banyak sanggar yang secara utuh menampilkan wayang topeng Malang.

Baca juga:

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Suwarjana,  pertujukan tari Grebeg Sabrang merupakan bagian dari kurikulum merdeka belajar. Yakni Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila (P-5). 

Tarian Grebeg Sabrang, kata dia, merupakan wujud dari keseimbangan pembelajaran akademik dan nonakademik. 

“Otak kanan dan kiri seimbang. Tarian ini memiliki karakter. Tak hanya pinter tapi juga berkarakter,” katanya.

Itu sebab wayang topeng Malangan, perlu diajarkan sejak dini. Menurut Suwarjana, tujuannya agar siswa turut mencintai dan melestarikan kesenian tradisional.  

“Kita akan wajibkan anak-anak mengenal kesenian lokal. Menciptakan karakter, tak hanya bermain gadget,” kata Suwarjana.

Untuk menampilkan tari Grebeg Sabrang, siswa SMPK Santa Maria 1 Malang harus berlatih keras. Mereka harus belajar dua jam pelajaran setiap hari, selama tiga bulan.

Awalnya, mereka dikenalkan sejarah wayang topeng Malangan, karakter topeng, dan filosofis dan makna tarian. Selanjutnya, mereka belajar membuat aneka properti tari Grebeg Sabrang. Meliputi mewarnai topeng, membuat jamang atau mahkota dan gongseng. Awalnya, para siswa mengeluh dan kesulitan membuat properti tari. Namun, setelah berproses selama tiga bulan mereka menikmati dan tertarik belajar tari topeng Malangan.


Mengenalkan Wayang Topeng Sejak Dini

Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila (P-5) salah satunya ditujukan untuk mengenalkan kearifan lokal. Materi bisa dikembangkan dari mengenalkan tarian topeng topeng sejak dini. Kata kata pembina tari SMPK Santa Maria 1 Malang, Hanasih Setia Rahayu, selain sebagai  pendidikan karakter kepada siswa,  juga untuk mengenalkan kearifan lokal,   sejarah dan kebudayaan di Malang.

“P-5 mengambil tema kearifan lokal. Tari topeng Grebeg Sabrang dipilih, menggambarkan prajurit yang maju ke medan perang. Membangun semangat nasionalisme,” kata pembina tari SMPK Santa Maria 1 Malang, Hanasih Setia Rahayu.

Para siswa, katanya, bersemangat dan senang mempelajari tari topeng. Lantaran langsung praktik dan santai. 

Tahun depan, katanya, akan dikembangkan mengupas topeng Malang lainnya. Seperti tari Grebeg Jawa. Dalam tari topeng dikenal Grebeg Sabrang dan Grebeg Jawa.

“Kendala, kadang malas. Setelah digembleng akhirnya bisa tampil di depan Balai Kota Malang,” katanya.

Guru SMPK Santa Maria 1 membantu siswa mengenakan topeng sebelum menari Grebeg Sabrang di Alun-alun Tugu Kota Malang, Jatim, Senin (200524). (KBREko Widianto)

Salah seorang siswa SMPK Sanata Maria 1, Alexander mengaku menyukai dan menikmati proses membuat properti topeng dan belajar tari topeng Malangan. Awalnya, ia belajar menggambar dan mewarnai jamang di atas kertas karton. Para guru menilai, jamang karyanya dianggap bagus. 

Jamang-nya dinilai bagus. Dipilih untuk ditampilkan,” katanya.

Selain itu, Alexander juga mewarnai topeng prajurit sabrang. Topeng cetakan terbuat dari resin, polos. Ia mengaku kesulitan dalam detail warna. Selama dua pekan, ia menyelesaikan topeng tersebut. 

“Topeng prajurit yang gagah. Belajar banyak arti dan makna tari topeng,” kata Alexander.

Siswa kelas 8 SMPK Santa Maria 1 Malang, Adelina Renata Hartono menunjukkan topeng, dan jamang hasil kreasinya. (KBR/Eko Widianto)

Salah seorang siswa kelas 8 SMPK Sanata Maria, Adelina Renata Hartono mengaku kesulitan belajar tarian tradisi. Lantaran, ia lebih akrab tari modern. 

“Awalnya susah, bagi aku yang tidak bisa menari tradisonal. Masih perlu belajar lagi, untuk hari ini cukup capek,” kata Renata.

Sebelumnya, Renata belajar dari video yang diputar guru di setiap kelas. Dilanjutkan berdiskusi kelompok dan membuat naskah cerita. Lantas, mereka mempraktikkan dan mengenal sejarah topeng Malangan. Berlatih menari setiap hari bersama teman-temannya.

“Karakternya gagah dan pemberani, itu yang aku ingat,” ujarnya.

Perawat Tradisi

Ki Mohammad Soleh Adi Pramono pemimpin Padepokan Mangun Dharma, Tulus Besar, Tumpang, Kabupaten Malang menjelaskan, pertunjukan wayang topeng Malang biasa digelar sehari semalam. Namun kini untuk repertoar tari  untuk kepentingan pariwisata, pertujukan bisa setengah jam sampai satu jam. Tari topeng terdiri atas penggalan cerita wayang topeng Malang.

“Susah, memikirkan penerus pedalangan topeng Malangan. Sekarang mencetak dalang remaja dua, dalang kecil lima. Mudah-mudahan bisa meneruskan,” katanya.

Ki Soleh mewarisi Padepokan dari kakek buyutnya sejak 1890-an. Kesenian wayang topeng diwariskan turun temurun. Saban hari, ia melatih anak-anak usia sekolah menari dan mendalang wayang topeng Malangan. 

Sebelum pertunjukan, ia kerap menembang karawitan dan mendalang di makam kakek buyut, kakek dan ayahnya. 

“Rengeng-rengeng nembang dan dalang sendiri,” kata dia.

Pertunjukan Wayang Topeng Malang berjudul “Klana Rangga Puspita" di Padepokan Seni Mangundharma, Tumpang, Kabupaten Malang menggelar Wayang, Jatim, Jumat (08/03/24). (Eko/Widianto)

Wayang topeng Malangan memasuki masa keemasan saat pemerintahan Bupati Malang AA Surya Adiningrat 1898-1914. Seluruh pegawai pemerintahan wajib senam dan berlatih tari topeng. Saat itu, bahkan berdiri hingga  220 kelompok wayang topeng. 

“Tak ada tontonan lain selain wayang topeng. Pengajarnya Mbah Buyut Rusman Bejo dan Mbah Reni Polowijen,” katanya.

Pasang Surut Wayang Topeng

Kini, Ki Soleh berusaha agar anak muda bisa terpikat dan menikmati pertunjukan wayang topeng Malangan. Dua bulan lalu, Ki Soleh mementaskan wayang topeng Malang berjudul “Klana Rangga Puspita”. Sekitar 200-an penonton tak beringsut meski hujan saat pementasan. Mengenakan jas hujan mereka meriung di area pelataran padepokan.

Penonton duduk meriung di tengah, sisi kanan dan kiri amphitheater. Panggung pertunjukan berada di atas amphitheater sebagai setting Kerajaan Medang Gora Bipraya, di tengah untuk taman dan pendapa untuk setting Kerajaan Singosari. 

“Penonton terlibat dalam pertunjukan, melebur,” katanya.

Menurutnya, panggung proscenium (berhadapan langsung dengan penonton)  menjadi ruang pertunjukan wayang topeng Malang dimulai sejak 1980-an. Panggung berjarak antara karawitan dan anak wayang dengan penonton. Sehingga penonton menjadi berjarak, dan tidak terlibat. Sedangkan filosofi dasar wayang topeng merupakan teater jalanan atau teater latar. 

“Belum ada panggung. Dulu wayang topeng bermain di pelataran, menyatu dengan penonton,” kata Ki Soleh.

Saat pertunjukan, Dalang menyampaikan cerita dalam tiga bahasa. Yakni Bahasa Bali, Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Kata Ki Soleh, penyampaian  dalam tiga bahasa untuk mendekatkan dengan anak muda. Lantaran sebagian anak muda yang kesulitan memahami Bahasa Jawa. Sedangkan Bahasa Bali dipilih menjadi pengantar untuk memberikan sentuhan etnik Bali. Bahkan sejumlah kostum seperti kostum Klana Rangga Puspita dibeli langsung dari Bali.

Menggunakan pengantar bahasa selain Jawa, katanya, sempat menjadi perdebatan para dalang. Namun, kini sudah bisa diterima tergantung audiens. Pada 2003, Ki Soleh mendalang di Los Angeles Amerika Serikat dalam bahasa Inggris. Lantaran penontonnya sebagian besar warga asing. 

Ki Soleh mengemas wayang topeng secara menarik untuk memikat anak muda agar mencintai topeng Malangan. 

“Jika tidak, anak muda akan meninggalkan topeng Malangan,” kata Ki Soleh.

Setiap bulan, ia mengajak seniman berkumpul berdialog membahas budaya, adat istiadat, dan musik. Pertemuan bertema Padang Mbulan juga membuat pertunjukan di pelataran Candi Jajaghu, Tumpang.

“Menari malam di Candi Jajaghu, kalau santri setingkat tasawuf. Seniman menyatu, menari merespons candi. Ada sentuhan emosional yang tidak terduga, tiba-tiba ingin menari di situ,” kata Ki Soleh.

Baca juga:

Padang Mbulan digagas lantaran Ki Soleh risau. Banyak anak-anak yang enggan menyambangi candi, padahal rumahnya selemparan batu dari Candi Jajaghu. Ki Soleh bertanya kepada salah seorang anak berusia Sekolah Dasar mengapa tidak bermain ke candi Jajaghu. 

“Sama guru dilarang ke candi, banyak demit,” kata Ki Soleh menirukan jawaban anak SD.

Ki Soleh bertanya-tanya mengapa anak sendiri tidak boleh mengenang kebudayaan leluhurnya. Mengenal dan belajar di candi. Lantas, ia menggerakkan para seniman untuk berdiskusi dan menari di pelataran Candi Jajaghu. 

Sekarang, kata Ki Soleh, sejumlah sanggar dan sekolah mulai mengajarkan penggalan tari. Misalnya tari Panji, Klana, Gunungsari, Prajurit Sebrang, Prajurit Jawa dan Bapang.

Setelah siswa belajar dasar-dasar tarian, katanya, tinggal merakit menjadi cerita.

“Gak mungkin mengajarkan mereka cerita Panji secara utuh. Tidak ada dalang dan karawitan,” ujarnya.

Pertunjukan Wayang Topeng Malang berjudul “Klana Rangga Puspita" di Padepokan Seni Mangundharma, Tumpang, Kabupaten Malang menggelar Wayang, Jatim, Jumat (08/03/24). (Eko/Widianto)

Kini, Wayang Topeng Malangan  tersisa lima padepokan dan sanggar. Yakni Pandepokan Mangun Dharma yang dipimpin Ki Soleh, Padepokan Asmara Bangun di Kedungmonggo Pakisaji, Jambuwer, Pijiombo, dan Kranggan Ngajum. Cerita Panji merupakan salah satu objek pemajuan kebudayan yang diakui UNESCO sebagai Memory of the World (MoW).

Cerita Panji merupakan karya sastra dan budaya Indonesia yang berkembang pada abad ke-14 Masehi. Mengisahkan Kerajaan Kadiri, petualangan Pangeran Panji Inu Kertapati (Inao) dan sang pujaan hati, Dewi Sekartaji (Putri Candra Kirana). Cerita dibangun, diubah, dan digambarkan ulang dalam cerita rakyat dan seni tradisional.

Cerita Panji berkembang pesat pada masa Majapahit. Tersebar hingga Bali, Kalimantan, dan Sumatra. Cerita Panji juga menyebar hingga Thailand, Kamboja, Laos, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Myanmar. 

Cerita Panji diadaptasi dalam kesenian tradisional seperti tari dan teater tradisional. Akhir tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghelat ASEAN Panji Festival di lima kota meliputi Yogyakarta, Kediri, Malang, Solo dan Pasuruan. Festival diikuti sembilan negara meliputi Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Editor: Rony Sitanggang

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending