Bagikan:

Musim Banjir, Nelayan Laguna Segara Anakan Paceklik Ikan

Masuknya air tawar dari sejumlah muara sungai besar, seperti Citanduy dan Cimeneng menyebabkan jenis ikan endemik payau, seperti Ikan kerapu lumpur dan belanak sulit terjaring

BERITA | NUSANTARA

Jumat, 13 Mei 2016 13:25 WIB

Musim Banjir, Nelayan Laguna Segara Anakan Paceklik Ikan

Laguna Segara Anakan di Cilacap, Jawa Tengah. Foto Ridlo Susanto

KBR, Cilacap – Nelayan di Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah mengalami paceklik panjang akibat curah hujan tinggi. Salah satu nelayan, Slamet mengatakan masuknya air tawar dari sejumlah muara sungai besar, seperti Citanduy dan Cimeneng menyebabkan jenis ikan endemik payau, seperti Ikan kerapu lumpur dan belanak sulit terjaring.

Slamet menjelaskan, munculnya anak-anak sungai yang terbentuk di kawasan  Laguna Segara Anakan menyebabkan air tawar mengalir makin jauh. Pada musim banjir seperti ini, air tawar di bagian hulu laguna lebih dominan dibanding air laut.

"Sekarang ini malah sangat mengurangi sekali. Bahkan boleh dikatakan 90 persen sangat mengurangi tangkapan ikan. Penyebabnya, satu air tawar yang keluar dari Citanduy maupun dari Cimeneng. Karena tempat pemijahan di mangrove ini juga sangat mengurangi karena kegundulan yang disebabkan tangan-tangan manusia itu sendiri," ujarnya kepada KBR, Jumat, 13 Mei 2016.

Slamet menambahkan, musim paceklik ikan ini diperparah dengan kerap datangnya badai. Angin dan hujan yang datang bersamaan amat menganggu nelayan saat memasang jaring atau saat memancing.

Sementara, analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan curah hujan pada Mei ini antara 150 hingga 200 milimeter. Hal ini terbilang cukup tinggi mengingat Mei merupakan bulan transisi dari musim hujan ke kemarau.

Gelombang di pantai berkisar antara 1,25 hingga 1,5 meter. Sedangkan di laut lepas terjadi mencapai 2,5 hingga 3 meter. Tingginya gelombang, menurut dia, dipengaruhi kecepatan angin hingga 15 knot. Selain mewaspadai gelombang tinggi, ia juga meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan bannjir, longsor, angin kencang dan petir.


Editor: Damar Fery Ardiyan

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending