KBR, Pontianak - Wacana pembangunan berbagai pabrik pengolahan, dinilai menjadi solusi tepat bagi penekanan tingkat inflasi di Kalimantan Barat. Ini merespon hasil rapat koordinasi nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang menyebut Kalimantan Barat sebagai daerah penyumbang inflasi tertinggi di wilayah pulau Kalimantan. Inflasi Kalimantan Barat berada pada angka 9,34 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional yang 8,3 persen.
Wakil gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya, mengatakan, selama ini beberapa komoditi didatangkan langsung dari luar Kalimantan Barat, seperti gula, sehingga menyumbang inflasi di provinsi ini. Adanya aktifitas dari luar pulau secara otomatis bergantung pula pada sektor infrastruktur, pelabuhan, konektifitas hingga transportasi yang belum memadai di provinsi Kalbar. Inflasi juga dsumbang dari fluktuatifnya harga jual tiket pesawat di kota Pontianak pada hari-hari perayaan tertentu.
“Kita semua dari tingkat kota, provinsi, dan pemerintah pusat bersama-sama kita berupaya, supaya faktor-faktor penyebab inflasi kita hilangkan atau kita kecilkan. Termasuk dikita di pelabuhan nanti dibangun, supaya nanti pengiriman barang dan biaya transportasi bisa menurun,”ujar Christiandy Sanjaya kepada KBR di Pontianak, Minggu (31/5/2015)
Dibagian lain Christiandy Sanjaya mengatakan, pada pelaksanaan rakornas TPID yang berlangsung di Jakarta dan dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi itu, presiden menekankan kepada kota maupun kabupaten yang belum membentuk TPID untuk segera melaksanakannya. Hal itu, kata dia, akan berdampak pada pemberian reward and punishment yang berkaitan dengan dana transfer daerah. Pemerintah pusat akan mengurangi alokasi dana transfer daerahnya bagi kabupaten yang belum memiliki TPID.
Editor: Malika