KBR, Bogor- Penanganan pasca panen petani buah dinilai masih buruk. Buktinya Indonesia masih harus mengimpor buah. Peneliti Teknologi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
Sutrisno mengatakan, saat ini Indonesia hanya bisa memasok 0,01 persen
ketersediaan buah tropis di dunia. Padahal buah tropis Indonesia begitu
melimpah. Potensi ini dapat mendorong peningkatan ekspor buah tropis ke
negara lain, seperti Tiongkok yang memiliki basis penduduk besar dengan
pendapatan tinggi.
"Tapi selain pasca panen, saya katakan untuk on farm juga Indonesia harus dikelola lebih maik lagi. Saya pernah menantang Kementerian Pertanian, jika memang ada permintaan ekspor salak per tahun 100 ton bisa tidak? Ternyata tidak bisa. Hal itu yang menunjukkan jika on farm kita juga tidak dikelola dengan baik," katanya saat berbincang dengan KBR (25/5/2015).
Saat ini, lanjut Sutrisno, warga lebih memilih buah impor ketimbang lokal dengan alasan kemasannya yang lebih baik dan kualitasnya terjaga. Buah lokal, kata dia, kalah bersaing kualitasnya saat di pasarkan dengan buah impor. "Ya contohnya pisang. Pisang lokal kita kalah bersaing dengan pisang sunkis. Jelas tampilannya pun berbeda. Karena penanganan pasca panen negara tetangga lebih maju dari kita," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Dirjen Perdagangan menginginkan adanya penekanan impor buah. Hal itu dilakukan untuk memberi ruang kepada petani buah lokal. Dirjen Perdagangan pun mengklain penekanan buah lokal sudah terjadi sejak 2014."Kalau diperbaiki semua, saya yakin penekanan buah impor bisa terus meningkat dan ekspor buah kita semakin bagus," pungkas Sutrisno.
Editor: Dimas Rizky