KBR68H, Rembang – Banyaknya ranjau di pesisir pantai utara Rembang, Jawa Tengah, menghambat pengembangan jalur pelayaran dan pembangunan pelabuhan. Ranjau itu diperkirakan merupakan peninggalan masa Perang Dunia ke-2.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Rembang Suyono menjelaskan TNI Angkatan Laut sudah digandenga untuk meledakkan ranjau sebelum proses pembangunan pelabuhan dimulai. Proyek yang akan dibangun itu adalah PelabuhanSluke dan dermaga pendaratan kapal ikan di wilayah Sarang.
“Kalau nanti sudah jadi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) nanti tidak hanya kecil, tapi juga kapal besar bersandar ke sana. Misalnya ada kapal luar negeri mau singgah, nahkoda lihat peta, daerah situ ada ranjau, pasti tidak jadi singgah,” keluh Suyono hari Kamis (1/5/2014).
“Rembang tidak mau seperti itu. Lebih baik kehilangan uang, yang penting aman semuanya.”
Biaya pembersihan ranjau di Sluke sebesar Rp 3 miliar lebih. Sementara di Sarang, biaya meledakkan satu ranjau mencapai Rp 220 juta.
Sementara itu warga bernama Budiono meminta Pemkab Rembang transparan soal penggunana uang untuk peledakan ranjau. Menurut dia, warga selama ini hanya melihat proses peledakan saja, tapi tidak tahu data konkret di belakangnya, misalnya foto ranjau bawah laut.
Editor: Citra Dyah Prastuti