Bagikan:

Paceklik Ikan, Tangkapan Nelayan Gunung Kidul Anjlok

Hasil tangkapan ikan dari nelayan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, kini mengalami

NUSANTARA

Senin, 06 Mei 2013 12:47 WIB

Author

Star Jogya

Paceklik Ikan, Tangkapan Nelayan Gunung Kidul Anjlok

Nelayan Gunung Kidul

KBR68H, Gunung Kidul -  Hasil tangkapan ikan dari nelayan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, kini mengalami “paceklik” ikan yang diduga akibat terjadi proses migrasi.

Seorang anggota Kelompok Nelayan Baron Minas Samudra, Sukamto mengatakan, sejak 15 hari terakhir hasil tangkapan ikannya turun hingga 50 persen.

“Setiap harinya, hasil tangkapan ikan hanya berkisar 10 hingga 20 kilogram [kg]. Pada Februari hingga akhir April, hasil tangkapan ikan bisa mencapai 50 kg,” katanya.

Dari 20 kapal jukung yang melaut, kata Sukamto, rata-rata hasil tangkapannya hanya mencapai 10 kilogram. Bahkan, ada kapal yang mendarat tanpa mendapat ikan. Sejak pertengahan 2012 hingga saat ini, terjadi siklus migrasi ikan yang tidak dapat diprediksi.

“Kami sudah bertanya ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunung Kidul terkait perubahan siklus ikan ini. Dinas mengatakan, perubahan siklus disebabkan adanya perubahan suhu dan tekanan di laut,” katanya.

Akibat dari minimnya hasil tangkapan ikan, kata Sukamto, harga ikan juga mengalami kenaikan, kecuali lobster. Harga bawal putih ditingkat nelayan berkisar Rp 60.000 ribu hingga Rp 80.000 per kg, bawal putih super Rp 100 ribu per kg.

Harga ikan tongkol dari Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kg naik menjadi Rp15.000 per kg, kakap Rp20.000 per kg, ikan layur Rp25.000 per kg, dan lobster Rp125.000 kg.

“Meski harga ikan tinggi, semuanya dibeli pedagang di Pantai Baron. Sebab setiap harinya, Pantai Baron selalu ramai dikunjungi wisatawan, sehingga berapun hasil tangkapan ikan nelayan terjual habis,” katanya.

Meski demikian, ia mengatakan, hasil tangkapan ikan hanya mampu menutup biaya operasional. Untuk satu kali melaut membutuhkan biaya Rp100.000 hingga Rp150.000.

“Kalau hasil tangkapan ikan di bawah 10 kg, kami rugi. Baik rugi tenaga dan bahan bakar minyak,” katanya.

Seorang nelayan Pantai Baron lain Sakir mengatakan hasil tangkapan kelompok kapalnya hanya 10 hingga 15 kg. Hasil pendapatan hanya cukup untuk biaya operasional dan makan.

“Sekarang ini harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat nelayan sudah mencapai Rp6.000 per liter. Untuk satu kali melaut membutuhkan bbm sebanyak 20 liter, tentu biaya operasional sangat tinggi. Kami akan terus merugi jika harga BBM naik,” katanya.

Sumber: Star Jogja

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending