KBR68H, Jakarta - Hingga dinihari tadi suasana mencekam menyelimuti Desa Tenjowaringin Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Warga bersiaga mengantisipasi gangguan susulan, pasca serangan kelompok anti-Ahmadiyah pada Minggu dinihari kemarin.
Salah seorang pengurus GP Ansor Nahdlatul Ulama di Tasikmalaya, Fauz Noor turut berada di lokasi. Ia mengatakan warga desa baik jamaah Ahmadiyah maupun non-Ahmadiyah membawa berbagai peralatan untuk mengantisipasi kabar akan adanya serangan susulan dari kelompok intoleran.
"Warga-warga di Tenjowaringin, saya datang ke sana sudah mencekam. Ada samurai, ada golok, ada tombak," kata Fauzi Noor kepada KBR68H.
Fauz Noor menambahkan hingga pukul 02.00 WIB dinihari tadi, ia terus menghubungi anggota Banser di Tasikmalaya, Ciamis, dan sekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya pergerakan rombongan orang yang diduga akan melakukan serangan susulan.
"Alhamdulillah, ada komunikasi yang bagus, kita sampai sekitar jam 02.00 malam. Lalu saya kontak yang di Tasik, di Ciamis, ternyata tidak ada apa-apa. Tidak ada rombongan apapun," kata Fauz Noor.
Tidak hanya anggota Ahmadiyah yang bersiaga. Warga non Ahmadiyah juga turut bersiaga. Pasalnya banyak juga warga non-Ahmadiyah yang rumahnya jadi sasaran amuk pada Minggu dinihari sebelumnya.
Aksi penyerangan dan perusakan itu terjadi pada Minggu dinihari. Sekitar 200-an orang menyerang masjid Ahmadiyah yang tengah mengadakan Jalsah Salanah atau pengajian tahunan.
Berdasarkan laporan aparatur desa Tenjowaringin kepada kepolisian, aset yang rusak antara lain 22 rumah warga Ahmadiyah, masjid dan mushola, serta madrasah dan sekolah.
Polisi menduga pelaku dari kelompok FPI. Namun Ketua FPI Tasikmalaya Acep Sofyan menyatakan tidak tahu menahu dan tidak pernah menginstruksikan penyerangan ke jamaah Ahmadiyah di Tenjowaringin.
Kasus penyerangan jamaah Ahmadiyah Tasikmalaya ini bukan kali pertama. Tahun lalu, massa intoleran juga merusak dan membakar masjid Ahmadiyah di Kecamatan Sawalu.