KBR68H, Jakarta - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Kontras mendesak pemerintah menginvestigasi peristiwa penembakan, penangkapan dan kekerasan yang terjadi saat peringatan integrasi Papua di distrik Aimas, Sorong, Papua Barat. Dalam peristiwa itu, 2 Orang warga Sorong dan 1 warga Biak ditembak oleh polisi.
Koordinator Kontras, Haris Azhar menilai, respon Polisi terhadap peringatan 50 tahun integrasi tersebut terlalu berlebihan.
“Saya fikir respon polisi di Papua cukup berlebihan sampai mengimplikasi pembunuhan, kekerasan sampai penangkapan, itu saya fikir cukup menunjukkan bahwa dalam masalah keamanan, Pemerintah Pusat tidak punya sensitifitas terhadap masyarakat yang ada disana, harusnyakan peringatan-peringatan itu bisa dilihat sebagai momentum untuk orang papua mengekspresikan apa yang menjadi kendala mereka sebagai bagian dari warga negara gitu. Dan ini kan jelas sebagai pelanggaran kebebasan berekspresi,” kata Haris kepada KBR68H ketika dihubungi.
Koordinator Kontras Haris Azhar menambahkan, lembaganya akan melaporkan segera kasus ini ke Kompolnas, Komnas Ham dan Kepolisian Indonesia. Sebelumnya, penembakan di Sorong menewaskan sejumlah warga. Penembakan terjadi di markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) Distrik Aimas, Sorong, Papua Barat saat peringatan Hari Integrasi Papua 1 Mei lalu.
Kontras Desak Pemerintah Investigasi Penembakan di Aimas
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Kontras mendesak pemerintah menginvestigasi peristiwa penembakan, penangkapan dan kekerasan yang terjadi saat peringatan integrasi Papua di distrik Aimas, Sorong, Papua Barat.

NUSANTARA
Sabtu, 04 Mei 2013 23:20 WIB


kontras, penembakan, aimas
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai