KBR, Solo - Ribuan penari menggelar pentas kolosal di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah.
Rektor ISI Surakarta, I Nyoman Sukerna mengatakan tari sebagai bagian kehidupan manusia berisi tontonan, tuntunan, dan tatanan peradaban.
Menurut Sukerna, tari takkan tergerus teknologi maupun perkembangan jaman.
"Tari bagian tradisi berisi tontonan, tuntunan, dan tatanan peradaban manusia. Perjalanan 18 tahun merayakan Hari Tari dunia dalam Solo Menari 24 jam ini bukti raga, rupa, karya, dan karsa. Hari Tari Dunia di ISI Surakarta ini menjadi titik balik menegaskan posisi ISI sebagai kampus seni benteng tradisi termasuk seni tari. Tubuh-tubuh tari adalah tubuh budaya yang akan selalu ada', ujar Nyoman di halaman Rektorat ISI Surakarta, Senin (29/4/2024).
Baca juga:
- Menggugah Perhatian Pemerintah Lewat Perayaan Hari Tari Dunia
- Hari Tari Sedunia: Ribuan Penari Manggung di Solo
Sukerna menjelaskan ISI sebagai kampus seni menjadi benteng seni tradisi ternasuk seni tari.
Di kampus seni inilah, kata Nyoman, lahir seniman tradisi menjadi duta seni nusantara ke kancah dunia.
Sebanyak 130 kelompok peserta dengan 3.000 lebih penari menggelar karya tarinya secara bergantian dalam 24 jam.
Selain itu, ada 8 penari yang akan menari selama 24 jam nonstop di kompleks kampus tersebut.
Perayaan Hari Tari Dunia dalam Solo 24 Jam menari sudah menapak usia ke 18 tahun.
Kompleks Kampus ISI Surakarta menjadi panggung terbuka ribuan penari dari berbagai daerah.
Baca juga:
Editor: Agus Luqman